Translate

20100130

KEBAHAGIAAN YANG SEMU


·       Masyarakat pada umumnya menilai martabat manusia ditentukan oleh hartanya. Karena itu tidak heran, kalau sejak kecil banyak orang menanamkan konsep, bahwa “semakin banyak harta yang dimiliki,  semakin terhormatlah seseorang  di masyarakat”.
·        Seorang anak ditanya, “Kalau sudah besar mau jadi apa?”  Mau jadi Dokter,  katanya. Mengapa? Karena dokter uangnya banyak! Anak yang lain menjawab ingin jadi konglomerat. Orangtua mengajarkan kepada anaknya harus jadi orang pintar/pandai, agar gampang cari uang.
·        Dari anak-anak sampai orang tua, dari orang miskin sampai orang kaya, orang sederhana sampai yang berpendidikan tinggi,  kalau bicara selalu UUD: Ujung-ujungnya Duit. Mengapa? Karena konsep tadi, bahwa martabat manusia itu ditentukan oleh kekayaannya.
·        Ada orang yang bekerja mati-matian tak kenal lelah dan waktu karena ingin kaya. Sudah kaya ia menumpuk kekayaannya karena ingin tambah kaya. Orang yang pandai belajar sepandai-pndainya agar bisa mendapat harta sebanyak-banyaknya. Tentu menjadi kaya dan  menjadi  orang pandai adalah hal yang baik, tapi bila hanya semata-mata untuk memupuk kekayaan belaka apa pun caranya, itulah yang harus dipertanyakan.  
·        Jarang sekali ada orangtua yang mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa mereka pertama-tama harus menjadi orang yang baik, agar apabila nanti mereka menjadi orang yang berhasil dan kaya raya, mereka bisa membantu dan menolong orang lain yang kesusahan.
·        Sebenarnya, orang yang memandang martabat manusia terletak pada harta, mereka selalu dilanda kecemasan. Orang miskin cemas karena tidak mempunyai banyak harta, orang kaya, penguasa dan orang pandai cemas karena takut kehilangan harta. Akibatnya: mereka menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka. Paulus, dalam 1 Timotius 6:10, berkata: “…Akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
·        BAGAIMANA  PENILAIAN KITA SEHARUSNYA SEBAGAI  ORANG KRISTEN TERHADAP HARTA?
·        Inilah yang diajarkan oleh Firman Tuhan melalui Sang Pemazmur. PEMAZMUR tidak mengajarkan umat Allah untuk ANTI HARTA. Dan ia juga tidak mengatakan bahwa martabat manusia tidak lebih tinggi dengan hartanya dan tidak menjadi lebih rendah bila tidak mempunyai harta.
·        Pemazmur dengan tegas mau menyatakan bahwa jika manusia hanya mempunyai harta namun tidak mempunyai  PENGERTIAN, maka martabatnya akan serendah hewan. Pada ayat 21, Pemazmur berkata, “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.”
·        Jadi menurut si Pemazmur, yang membuat martabat manusia itu tinggi atau rendah bukanlah harta, tetapi pengertian. Apakah manusia dalam hidupnya mempunyai pengertian atau tidak, itulah martabatnya.  Lalu apa yang dimaksud dengan PENGERTIAN oleh Sang Pemazmur? Apakah kepandaian akademis? Ternyata BUKAN !!!
·        PENGERTIAN yang dimaksud ialah:
Pertama, bahwa setiap manusia tidak dapat melawan satu fase dalam kehidupannya, yaitu kematian. Siapa pun dia; kaya-miskin, pintar-bodoh, penguasa atau rakyat jelata, semua manusia tetap akan MATI.
Berapapun harta yang dimiliki, atau kepandaian atau kekuasaan, KEMATIAN tidak dapat dihindari  ataupun ditunda ketika saatnya tiba.
Ini berarti bahwa harta betapapun banyaknya tidak bisa membeli hidup, apabila hidup itu diambil oleh Yang Maha Kuasa.   (baca ayat 8-11)
Kedua, ditinjau dari fase kematian ini, manusia memang tidak berbeda dengan hewan seolah-olah kematian memang tujuan hidupnya (12-15)
Ketiga, bahwa yang membedakan manusia dengan hewan sehingga martabatnya lebih tinggi dari hewan adalah hubungannya dengan Allah. Jika manusia mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, Penciptanya, maka kematian bukan akhir dari kehidupannya (16). 
Jadi dengan pengertian ini Pemazmur mau mengatakan bahwa MANUSIA YANG MENGABAIKAN ALLAH DALAM HIDUPNYA DAN MENGIKATKAN DIRI SERTA BERGANTUNG PADA HARTANYA, IA BUKANLAH MANUSIA LAGI, tetapi dapat disamakan seperti hewan yang akan binasa.
·        Bagaimana seharusnya sikap umat terhadap kekayaan?
-         Hidup manusia tidak bergantung pada harta, tetapi pada TUHAN, karena harta adalah sementara dan mudah hilang, serta tidak dibawa mati (16-20). Karena itu jangan cemas bila tidak memilki harta, dan jangan cemas pulsa karena takut kehilangan harta.
-         Mensyukuri hidup dengan apa yang ada, yang telah Tuhan berikan melalui pekerjaan yang kita lakukan dengan sebaik-baiknya dan tetap berusaha agar hidup menjadi lebih baik dan berkualitas dengan segala yg dilakukan.sehingga kita memuliakan Tuhan, dengan menjadi berkat bagi sesama.
-          Belajar menghargai seseorang bukan karena kekayaannya atau kedudukannya, tetapi karena kemanusiaanya, bahwa ia adalah manusia yang dikasihi Allah, dimana Kristus rela mati untuknya.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk melakukan Firman-Nya. Amin. 
-->
Oleh: Handri Rusli, dalam Ibadah Umum GKB, 02092001