Lukas 7:1-10
Amanat Teks: Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum, dan mendapati iman perwira itu lebih besar daripada iman orang-orang Isreal.
Amanat khotbah: Kita dapat belajar dari orang2 di sekitar kita, bahkan dari orang non kristen sekalipun, karena kadang Tuhan menunjukkan kepada kita orang2 non Kristen hidupnya lebih Kristen dari pada orang Kristen sendiri.
Pendahuluan.
Semboyan "Bhinekka Tunggal Ika" = berbeda-beda tetapi satu jua, menggambarkan keberadaan bangsa kita, Indonesia, yang beragam, yg berbeda-beda, yg plural, yg beraneka macam; suku, agama, budaya, bahasa dlsbg.
Kebhinekaan, kepelbagaian, keanekaragaman, sebenarnya sebuah rahmat, sebuah berkat jika disikapi dgn sikap yg benar. Kebhinekaan akan menjadi sesuatu yg saling melengkapi, saling menopang, saling memperkaya kita.
Tapi bila kepelbagaian disikapi dgn salah maka yg ada adalah seperti kasus Tolikara di papua, di yasmin, munculnya kelompok radikal seperti ISIS dan lain sbgnya.
Hari ini kita belajar mlalui tema kita, khususnya dari tokoh perwira dan tentunya juga Yesus tentang bgmn menyikapi hidup di tengah2 masyarakat yg pluralis baik sbg bangsa maupun sbg masyarakat kota bogor dan sbg warga gereja.
Perikop yg kita baca di Injil Lukas 7:1-10 mengisahkan tentang Yesus yg menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum.
Dua tokoh utama dalam kisah ini adalah Yesus dan perwira itu, sekalipun perwira itu dalam kisah ini tidak secara langsung tampil di permukaan, hanya di belakang layar saja. Tapi meskipun demikian sosok seperti apa si perwira itu sangat jelas digambarkan.
1. Dia adalah perwira yg mengargai sesama dan menghargai perbedaan.
* sedikit info ttg Kapernaum adalah kota Letaknya 4 km di sebelah barat muara sungai Yordan, dekat danau Genesaret. Tempat tinggal Simon dan Andreas. Di kota ini, Yesus melakukan karya utama-Nya, oleh karenanya disebut "kota-Nya" (Mat. 9:1).
Kemungkinan di kota ini ada pos militer tentara Romawi.
Perwira itu adalah kepala pasukan100 dari tentara romawi, jadi bukan orang Yahudi tapi tinggal di tengah2 orang Yahudi.
- dia memiliki seorang hamba, pasti hambanya bukan orang Romawi, krn sesama orang Romawi tdk boleh saling memperbudak. Jadi kemungkinan budaknya adalah orang Yahudi atau orang dari bangsa lain (dari taklukan romawi)
- hamba itu, dikatakan sangat dihargai/dihormatinya (ay 2), mungkin hambanya itu adalah hamba yg baik. Tapi sekalipun itu hamba yg baik, memang itulah yg seharusnya dilakukan oleh seorang hamba, melakukan semua tugasnya tanpa kecuali, tanpa bayaran dan tanpa pujian.
Tuhan Yesus pernah menyinggung ttg posisi hamba, Lukas 17:10 (TB) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Jadi, kalau perwira itu menghargai hambanya, bukan semata2 krn hamba itu adalah hamba yg baik, tapi krn PERWIRA itu adalah orang yg menghargai sesamanya. Sekalipun mereka berbeda, antara tuan dan hamba, orang romawi dan bukan romawi, bangsa yg besar dan yg dijajah, tapi perwira itu tidak membeda2kan orang, betapa pun berbeda setiap orang harus dihargai sebagaimana layaknya manusia.
Krn setiap orang memiliki harkat dan martabat yg sama di hadapan Tuhan (ingat pembukaan UUD '45)
Karena itu ketika hambanya sakit, hampir mati, maka perwira itu berusaha mencari pertolongan untuk kesembuhan hambanya itu.
- Perwira ini juga bukan hanya menghargai sesamanya dgn baik, tetapi ia juga menghargai agama dan kepercayaan orang lain yg berbeda dgn dia. Dikatakan bahwa dia membiayai pembangunan rumah ibadah yahudi (sinagoga) dan menjalin relasi dgn tua2 yahudi dgn baik (ay 3-5). Tidak ada indikasi bahwa dia adalah penganut agama yahudi (proselit / mualaf)
Ilustrasi
Di bali ada gereja, vihara, masjid, pura, katedral berada di satu area yg sama, memiliki halaman dan tempat parkir yg sama. Krn saling menghargai.
Aplikasi
* yg namanya perbedaan, keanekaragaman pasti akan selalu ada. Di keluarga ...., di jemaat/gereja ...., di masyarakat dst. Selalu ada perbedaan. Kita tidak mungkin menjadikan semuanya seragam atau memaksakan untuk menjadi sama. Bila kita memaksa agar orang lain untuk sama dgn kita, maka yg akan terjadi adalah konflik.
Belajar dari kisah ini, salah satu kunci hidup dlm perbedaan adalah sikap saling menghargai. Menghargai manusianya (yg dicipta menurut gambar dan rupa Allah) apa pun status pendidikannya, ekonominya, pekerjaannya, sukunya, agamanya, budayanya dsbg.
Kita boleh dan memang berbeda dgn sesama kita, tapi kita jangan membeda-bedakan dalam menghargai sesama. Itulah yg Tuhan Yesus katakan: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Bahkan Yesus menghargai setiap orang dgn harga yg sangat mahal, yaitu dbn diriNya sendiri, dgn darahNya yg dicurah di kayu salib. Untuk setiap kita, setiap suku, setiap bangsa, untuk setiap agama, untuk setiap kita yg berbeda satu dgn yg lain.
Untuk menghargai sesama yg berbeda dgn kita, siapa pun juga, maka diperlukan kerendahan hati.
2. Perwira ini adalah orang yg rendah hati:
> mau bersusah2 demi hambanya, dgn berusaha mencari orang yg dapat menyembuhkan hambanya. Padahal ia seorang tuan dan yg sakit adalah seorang hamba.
> merasa tidak layak menjumpai Yesus dan tidak layak menerima Yesus di rumahnya.
Lukas 7:6-7 (TB)
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Ilustrasi
Aplikasi
Kedudukan, jabatan, kepintaran, kekayaan seringkali mengubah seseorang bukan menjadi orang yg rendah hati tetapi menjadi orang yg tinggi hati dan sombong. Tidak mampu lagi menghargai sesamanya yg posisinya lebih rendah dari dirinya. Bahkan ada yg tidak menghargai orangtuanya.
Mereka sering kali menjadi lupa diri, lupa daratan dan tidak sadar bahwa semua itu hanya sementara belaka.
Perwira dlm kisah ini, sekalipun orang romawi (bangsa yg besar, penjajah), dan ia berkesudukan atau jabatan yg tinggi, diantara orang2 sekitarnya, tapi ia tdk tinggi hati. Melainkan tetap rendah hati shg mampu menghargai sesamanya bahkan sekalipun sesamanya itu seorang hamba.
Sbg murid Kristus, seharusnya kita memiliki sikap yg jauh lebih rendah hati, krn seharusnya belajar dari kerendahan hati Kristus, yg menghamba.
3. Perwira ini juga percaya bahwa Yesus sanggup menolong dan menyembuhkan hambanya, bahkan dgn iman/percaya yg jauh lebih besar dibanding orang2 Israel.
> ia meminta Yesus datang menyembuhkan (ay 3)
> Yesus tdk usah bersusah2 tapi katakan saja sepatah kata.... (ay 6, 7)
Lukas 7:6-7 (TB)
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Ia percaya bahwa otoritas dan kuasa Yesus sanggup menyembuhkan, sekalipun dibatasi oleh jarak yg memisahkan.
> Yesus memuji iman perwira itu
Lukas 7:9 (TB) Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
Ingat perumpamaan orng samaria yg lebih peduli dari pada orang yahudi sendiri, bahkan lebih peduli daripada org lewi dan imam.
Aplikasi
Dalam kehidupan bersama orang lain yg berbeda dengan kita, kita sering merasa bahwa kita sudah jauh lebih baik dari mereka.
Merasa lebih rohani dibanding umat beragama lain, lebih taat, lebih peduli dan sbgnya.
Tapi kadang Tuhan menunjukkan kepada kita melalui kehadiran orang2 lain yg berbeda dgn kita bahwa ternyata mereka jauh lebih baik dari pada kita.
Mereka lebih beriman dari pada kita, lebih taat, lenih mengasihi, lebih kristiani daripada kita yg kristen.
Minggu lalu sdr. Junius hardi sudah menunjukkan contoh2nya.
* seorang bidan muslim di kepulauan seribu, ternyata pengabdiannya lebih kristiani daripada bidan2, dan dokter kristen yg malah sangat komersial.
* kasih umat budha tzu ci, ternyata lebih kristiani daripada kasih umat kristen sendiri yg serkngkali mengandung pamrih dan gereja yg sering itung2an untung dan rugi.
* hidup mahatma gandi ternyata lebih kristiani daripada hidup orang kristen sendiri.
Kok bisa? Mungkin mereka lebih menghargai sesama, menghargai perbedaan, menghargai kehidupan daripada kita menghargainya.
Kok bisa? Mungkin mereka lebih rendah hati daripada kita. Mungkin mereka lebih beriman bahwa apa pun juga yg mereka lakukan Tuhan tahu dan Tuhan sanggup menolong.
Semua ini, Tuhan ijinkan dan tinjukkan kepada kita spy kita bercermin dari kehidupan sesama, sekalipun mereka berbeda dgn kita. Supaya kita tidak sembarang menghakimi mereka tetapi introsfeksi diri sudahkan iman kita, kasih kita, perbuatan kita sesuai dgn sebutan bahwa kita adalah para pengikut kristus. Orang2 yg meniru, mencontoh kehidupan kristus ketika di dunia ini.
* ketika kita berdoa, kita tidak mencerminkan iman bahwa kita ini anak Tuhan yg penuh iman.
Bila kita sakit, punya pergumulan, ada harapan - apakah kita berdoa dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita?
Berdoa tp kurang yakin, - minta pdt yg harus doakan, (pnt, rhnwn, pnt.k. dinggap kurang ) seolah2 kuasa Tuhan hanya melalui pdt saja.
Hidup di tengah2 masyarakat, jemaat, keluarga yg berbeda, majemuk dan pluralis marilah kita awali dgn menghargai dan mengasihi sesama spt diri sendiri, belajar rendah hati dan tetap percaya sungguh kpd Kristus yg kita imani.
Amin!
Amanat Teks: Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum, dan mendapati iman perwira itu lebih besar daripada iman orang-orang Isreal.
Amanat khotbah: Kita dapat belajar dari orang2 di sekitar kita, bahkan dari orang non kristen sekalipun, karena kadang Tuhan menunjukkan kepada kita orang2 non Kristen hidupnya lebih Kristen dari pada orang Kristen sendiri.
Pendahuluan.
Semboyan "Bhinekka Tunggal Ika" = berbeda-beda tetapi satu jua, menggambarkan keberadaan bangsa kita, Indonesia, yang beragam, yg berbeda-beda, yg plural, yg beraneka macam; suku, agama, budaya, bahasa dlsbg.
Kebhinekaan, kepelbagaian, keanekaragaman, sebenarnya sebuah rahmat, sebuah berkat jika disikapi dgn sikap yg benar. Kebhinekaan akan menjadi sesuatu yg saling melengkapi, saling menopang, saling memperkaya kita.
Tapi bila kepelbagaian disikapi dgn salah maka yg ada adalah seperti kasus Tolikara di papua, di yasmin, munculnya kelompok radikal seperti ISIS dan lain sbgnya.
Hari ini kita belajar mlalui tema kita, khususnya dari tokoh perwira dan tentunya juga Yesus tentang bgmn menyikapi hidup di tengah2 masyarakat yg pluralis baik sbg bangsa maupun sbg masyarakat kota bogor dan sbg warga gereja.
Perikop yg kita baca di Injil Lukas 7:1-10 mengisahkan tentang Yesus yg menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum.
Dua tokoh utama dalam kisah ini adalah Yesus dan perwira itu, sekalipun perwira itu dalam kisah ini tidak secara langsung tampil di permukaan, hanya di belakang layar saja. Tapi meskipun demikian sosok seperti apa si perwira itu sangat jelas digambarkan.
1. Dia adalah perwira yg mengargai sesama dan menghargai perbedaan.
* sedikit info ttg Kapernaum adalah kota Letaknya 4 km di sebelah barat muara sungai Yordan, dekat danau Genesaret. Tempat tinggal Simon dan Andreas. Di kota ini, Yesus melakukan karya utama-Nya, oleh karenanya disebut "kota-Nya" (Mat. 9:1).
Kemungkinan di kota ini ada pos militer tentara Romawi.
Perwira itu adalah kepala pasukan100 dari tentara romawi, jadi bukan orang Yahudi tapi tinggal di tengah2 orang Yahudi.
- dia memiliki seorang hamba, pasti hambanya bukan orang Romawi, krn sesama orang Romawi tdk boleh saling memperbudak. Jadi kemungkinan budaknya adalah orang Yahudi atau orang dari bangsa lain (dari taklukan romawi)
- hamba itu, dikatakan sangat dihargai/dihormatinya (ay 2), mungkin hambanya itu adalah hamba yg baik. Tapi sekalipun itu hamba yg baik, memang itulah yg seharusnya dilakukan oleh seorang hamba, melakukan semua tugasnya tanpa kecuali, tanpa bayaran dan tanpa pujian.
Tuhan Yesus pernah menyinggung ttg posisi hamba, Lukas 17:10 (TB) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Jadi, kalau perwira itu menghargai hambanya, bukan semata2 krn hamba itu adalah hamba yg baik, tapi krn PERWIRA itu adalah orang yg menghargai sesamanya. Sekalipun mereka berbeda, antara tuan dan hamba, orang romawi dan bukan romawi, bangsa yg besar dan yg dijajah, tapi perwira itu tidak membeda2kan orang, betapa pun berbeda setiap orang harus dihargai sebagaimana layaknya manusia.
Krn setiap orang memiliki harkat dan martabat yg sama di hadapan Tuhan (ingat pembukaan UUD '45)
Karena itu ketika hambanya sakit, hampir mati, maka perwira itu berusaha mencari pertolongan untuk kesembuhan hambanya itu.
- Perwira ini juga bukan hanya menghargai sesamanya dgn baik, tetapi ia juga menghargai agama dan kepercayaan orang lain yg berbeda dgn dia. Dikatakan bahwa dia membiayai pembangunan rumah ibadah yahudi (sinagoga) dan menjalin relasi dgn tua2 yahudi dgn baik (ay 3-5). Tidak ada indikasi bahwa dia adalah penganut agama yahudi (proselit / mualaf)
Ilustrasi
Di bali ada gereja, vihara, masjid, pura, katedral berada di satu area yg sama, memiliki halaman dan tempat parkir yg sama. Krn saling menghargai.
Aplikasi
* yg namanya perbedaan, keanekaragaman pasti akan selalu ada. Di keluarga ...., di jemaat/gereja ...., di masyarakat dst. Selalu ada perbedaan. Kita tidak mungkin menjadikan semuanya seragam atau memaksakan untuk menjadi sama. Bila kita memaksa agar orang lain untuk sama dgn kita, maka yg akan terjadi adalah konflik.
Belajar dari kisah ini, salah satu kunci hidup dlm perbedaan adalah sikap saling menghargai. Menghargai manusianya (yg dicipta menurut gambar dan rupa Allah) apa pun status pendidikannya, ekonominya, pekerjaannya, sukunya, agamanya, budayanya dsbg.
Kita boleh dan memang berbeda dgn sesama kita, tapi kita jangan membeda-bedakan dalam menghargai sesama. Itulah yg Tuhan Yesus katakan: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Bahkan Yesus menghargai setiap orang dgn harga yg sangat mahal, yaitu dbn diriNya sendiri, dgn darahNya yg dicurah di kayu salib. Untuk setiap kita, setiap suku, setiap bangsa, untuk setiap agama, untuk setiap kita yg berbeda satu dgn yg lain.
Untuk menghargai sesama yg berbeda dgn kita, siapa pun juga, maka diperlukan kerendahan hati.
2. Perwira ini adalah orang yg rendah hati:
> mau bersusah2 demi hambanya, dgn berusaha mencari orang yg dapat menyembuhkan hambanya. Padahal ia seorang tuan dan yg sakit adalah seorang hamba.
> merasa tidak layak menjumpai Yesus dan tidak layak menerima Yesus di rumahnya.
Lukas 7:6-7 (TB)
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Ilustrasi
Aplikasi
Kedudukan, jabatan, kepintaran, kekayaan seringkali mengubah seseorang bukan menjadi orang yg rendah hati tetapi menjadi orang yg tinggi hati dan sombong. Tidak mampu lagi menghargai sesamanya yg posisinya lebih rendah dari dirinya. Bahkan ada yg tidak menghargai orangtuanya.
Mereka sering kali menjadi lupa diri, lupa daratan dan tidak sadar bahwa semua itu hanya sementara belaka.
Perwira dlm kisah ini, sekalipun orang romawi (bangsa yg besar, penjajah), dan ia berkesudukan atau jabatan yg tinggi, diantara orang2 sekitarnya, tapi ia tdk tinggi hati. Melainkan tetap rendah hati shg mampu menghargai sesamanya bahkan sekalipun sesamanya itu seorang hamba.
Sbg murid Kristus, seharusnya kita memiliki sikap yg jauh lebih rendah hati, krn seharusnya belajar dari kerendahan hati Kristus, yg menghamba.
3. Perwira ini juga percaya bahwa Yesus sanggup menolong dan menyembuhkan hambanya, bahkan dgn iman/percaya yg jauh lebih besar dibanding orang2 Israel.
> ia meminta Yesus datang menyembuhkan (ay 3)
> Yesus tdk usah bersusah2 tapi katakan saja sepatah kata.... (ay 6, 7)
Lukas 7:6-7 (TB)
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Ia percaya bahwa otoritas dan kuasa Yesus sanggup menyembuhkan, sekalipun dibatasi oleh jarak yg memisahkan.
> Yesus memuji iman perwira itu
Lukas 7:9 (TB) Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
Ingat perumpamaan orng samaria yg lebih peduli dari pada orang yahudi sendiri, bahkan lebih peduli daripada org lewi dan imam.
Aplikasi
Dalam kehidupan bersama orang lain yg berbeda dengan kita, kita sering merasa bahwa kita sudah jauh lebih baik dari mereka.
Merasa lebih rohani dibanding umat beragama lain, lebih taat, lebih peduli dan sbgnya.
Tapi kadang Tuhan menunjukkan kepada kita melalui kehadiran orang2 lain yg berbeda dgn kita bahwa ternyata mereka jauh lebih baik dari pada kita.
Mereka lebih beriman dari pada kita, lebih taat, lenih mengasihi, lebih kristiani daripada kita yg kristen.
Minggu lalu sdr. Junius hardi sudah menunjukkan contoh2nya.
* seorang bidan muslim di kepulauan seribu, ternyata pengabdiannya lebih kristiani daripada bidan2, dan dokter kristen yg malah sangat komersial.
* kasih umat budha tzu ci, ternyata lebih kristiani daripada kasih umat kristen sendiri yg serkngkali mengandung pamrih dan gereja yg sering itung2an untung dan rugi.
* hidup mahatma gandi ternyata lebih kristiani daripada hidup orang kristen sendiri.
Kok bisa? Mungkin mereka lebih menghargai sesama, menghargai perbedaan, menghargai kehidupan daripada kita menghargainya.
Kok bisa? Mungkin mereka lebih rendah hati daripada kita. Mungkin mereka lebih beriman bahwa apa pun juga yg mereka lakukan Tuhan tahu dan Tuhan sanggup menolong.
Semua ini, Tuhan ijinkan dan tinjukkan kepada kita spy kita bercermin dari kehidupan sesama, sekalipun mereka berbeda dgn kita. Supaya kita tidak sembarang menghakimi mereka tetapi introsfeksi diri sudahkan iman kita, kasih kita, perbuatan kita sesuai dgn sebutan bahwa kita adalah para pengikut kristus. Orang2 yg meniru, mencontoh kehidupan kristus ketika di dunia ini.
* ketika kita berdoa, kita tidak mencerminkan iman bahwa kita ini anak Tuhan yg penuh iman.
Bila kita sakit, punya pergumulan, ada harapan - apakah kita berdoa dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita?
Berdoa tp kurang yakin, - minta pdt yg harus doakan, (pnt, rhnwn, pnt.k. dinggap kurang ) seolah2 kuasa Tuhan hanya melalui pdt saja.
Hidup di tengah2 masyarakat, jemaat, keluarga yg berbeda, majemuk dan pluralis marilah kita awali dgn menghargai dan mengasihi sesama spt diri sendiri, belajar rendah hati dan tetap percaya sungguh kpd Kristus yg kita imani.
Amin!
(Pdt. Handri Rusli, Ibadah 1, 2, GK Bogor 2015.08.02)