Translate

20161109

Terang Allah yang Terpancar dalam Kehidupan

Efesus 5:1-14
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (Efesus 5:8)
Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang apa bedanya hidup di dalam kegelapan dengan hidup di dalam terang. Ketika mereka belum mengenal Kristus hidup mereka berada di dalam kegelapan dengan segala perbuatannya yang jahat, yaitu percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, kosong dan sembrono. Selama hidup dalam kegelapan mereka tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah, melaikan akan mendapatkan murka Allah.
Tetapi sejak percaya kepada Kristus, mereka adalah terang sebab Kristus adalah Terang. Karena itu Paulus mengingatkan agar jemaat Efesus hendaknya hidup sebagai anak-anak terang yang berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran serta selalu berusaha mencari apa yang berkenan kepada Tuhan.
Saudara, di dalam iman percaya kepada Kristus, kita pun adalah anak-anak terang. Namun melalui firman hari ini kita diingatkan, sudahkah kita hidup sebagai anak-anak terang? Sudahkah melalui perkataan dan perbuatan kita, kita memancarkan terang Kristus?  Jangan sampai, sebagai anak-anak terang kita masih hidup di dalam kegelapan.
Refleksi:
Hidup, perkataan dan perbuatan kita menunjukkan apakah kita anak-anak terang atau anak-anak kegelapan.
Pdt. Handri Rusli, Renungan Warta GK Kebayoran Baru 2016.11.13

20160922

KEKUDUSAN PERNIKAHAN MENDAHULUI KEBAHAGIAAN KELUARGA

1 Korintus 7:1-11

Hidup adalah pilihan. Ada orang dalam hidupnya memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah. Tetapi ada juga orang yang memilih untuk menikah dan membentuk keluarga. Memilih untuk menikah dan membentuk keluarga dianggap sebagai pihan yang lazim, yang seharusnya dan yang dapat diterima oleh pada umumnya kita, tetapi pilihan untuk tidak menikah seringkali dianggap hal yang kurang baik.

Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus tidak terlalu mempersoalkan atau menilai baik buruknya menikah dan tidak menikah, yang penting bagi Paulus sebagai umat Tuhan kita harus hidup di dalam kekudusan baik kita menikah maupun kita tidak menikah.
Bagi orang yang tidak menikah, terutama laki-laki, hidup dalam kekudusan berarti tidak menyerahkan hidup untuk percabulan (ayat 2) tetapi menyerahkan hidupnya untuk dipakai melayani Tuhan seperti Paulus (ayat 7). Karena itu Paulus katakan bahwa laki-laki yang tidak menikah itu baik (ayat 1) bila ia menjaga hidupnya dalam  kekudusan. Selanjutnya Paulus menasihati mereka yg tidak menikah dan juga janda serta duda agar hidup kudus dgn melayani seperti Paulus,  "... kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku" (ayat 8).
Sedangkan bagi mereka yang menikah, hidup dalam kekudusan berarti hidup setia dengan pasangan (ayat 2), saling memenuhi kewajiban sexual terhadap pasangan, bahkan saling memberi diri sepenuhnya kepada pasangan dalam hubungan suami-istri (ayat 3, 4), tidak saling menjauhi sebagai suami-istri, kecuali untuk sementara waktu untuk berdoa (ayat 5, 6) dan suami atau istri tidak boleh menceraikan pasangannya (ayat 10, 11).

Inilah firman Tuhan melalui nasihat Paulus kepada jemaat Korintus dan juga kepada kita saat ini, agar kita sebagai umat Tuhan, baik menikah maupun tidak menikah, kita harus hidup di dalam kekudusan. Kita harus menyadari bahwa bahaya tidak menikah adalah jatuh dalam dosa percabulan, dan bahaya yang menikah adalah jatuh dalam dosa perselingkuhan. Sebagai umat Tuhan yang telah ditebus-Nya, marilah kita menjaga hidup kudus dengan menyerahkan hidup kita kepada Tuhan untuk melayani umat-Nya dan untuk melayani pasangan kita dalam pernikahan. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati! Amin.
Pdt. HR (renungan warta gkb, 2016.09.25)

20160916

Membangun Keluarga yang Mengasihi Tuhan

(Ulangan 6:1-9)

Saudara, salah satu tantangan hidup beriman saat ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan tingkat kesejahteraan hidup semakin baik,  adalah akan ada orang-orang yang merasa tidak membutuhkan Tuhan dan kemudian meninggalkan Tuhan dalam hidupnya. Hal inilah yang telah dan terus terjadi di negara-negara barat sejak zaman Pencerahan sampai saat ini.
Hal seperti inilah yang dikuatirkan oleh Musa apabila orang Israel masuk dan tinggal di Kanaan, negeri yang berlimpah susu dan madunya, dimana kesejahteraan hidup mereka akan semakin baik dan kenikmatan hidup akan mereka rasakan maka lambat laun mereka akan meninggalkan TUHAN dan melupakan TUHAN. Itulah sebabnya, sebelum orang Israel masuk dan tinggal di Kanaan Musa menasihati  mereka agar mereka mendengar, memperhatikan dan melakukan perintah TUHAN yang disampaikan Musa kepada mereka. Perintah itu adalah:

Agar umat dan anak cucunya hidup menghormati TUHAN dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya (ayat 2).
Agar umat mengenal TUHAN dengan baik dan mengasihi-Nya dengan segenap hidupnya (ayat 4, 5).
Agar umat mengajarkan atau mewariskan iman mereka  kepada anak-anaknya dengan kreatif, yaitu dengan berbagai cara dan berulang-ulang dalam segala kesempatan, disetiap waktu dan di segala tempat (ayat 6-9).

Bila umat mendengar dan melakukan segala perintah yang disampaikan Musa ini, maka mereka akan mengalami seperti yang Tuhan janjikan, yaitu mereka akan panjang umur, baik keadaannya dan beranak-cucu di negeri yang berlimpah dengan berkat Tuhan (ayat 2, 3).
Saudara, melalui firman Tuhan hari ini kita diingatkan betapa pentingnya kita menanamkan dan mewariskan iman kepada anak-anak dalam keluarga kita, agar kelak mereka tidak mudah putus asa dalam menghadapi persoalan hidup dan tidak terlena serta melupakan TUHAN  ketika mereka hidup dalam kesejahteraan berkat-Nya.
Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati! Amin.

Pdt. HR (renungan warta gkb, 18.09.2016)

20160901

KELUARGA ADALAH RANCANGAN ALLAH BAGI DUNIA

Kejadian 1: 27-28

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Pada bulan September ini kembali kita memasuki bulan keluarga dalam kalender Sinode Gereja Kristus. Dan minggu pertama bulan ini kita merenungkan Firman Tuhan dari Kejadian 1: 27-28 dengan tema "Keluarga adalah Rancangan Allah bagi Dunia". Melalui tema dan nas Alkitab hari ini kita diingatkan bahwa:

Pertama, Allah menciptakan manusia; laki-laki dan perempuan (ayat 27). Artinya Allah-lah yang membuat manusia itu berbeda; laki-laki dan perempuan, dan perbedaan itu membuat mereka saling membutuhkan untuk dapat saling melengkapi satu dengan yang lain. Dan kebutuhan ini memungkinkan manusia mencari pasangan hidupnya dan menikah membentuk keluarga.

Kedua, Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (ayat 27a). Menjadi gambar Allah berarti manusia menjadi wakil Allah di bumi ini, menjadi makhluk yang paling "berkuasa" di bumi  untuk mengelola, memelihara dan menjaga kelestariannya sebagaimana Allah kehendaki. Allah berfirman, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (ayat 26). Lalu bagaimana manusia bisa mengelola seluruh bumi ini? Untuk itu manusia harus bertambah banyak. Maka pada bagian ….

Ketiga, Allah memberkati manusia untuk beranak cucu dan bertambah banyak dan memenuhi bumi (ayat 28). Bagaimana mandat ini bisa dilakukan? Dengan cara manusia; laki-laki dan perempuan itu harus menikah dan membentuk keluarga, sehingga dengan begitu mereka dimungkinkan bertambah banyak dan memenuhi bumi dengan manusia-manusia baru "gambar Allah" yang akan memelihara dan melestarikan bumi ini.

Saudara-saudari,...
sadarkah kita bahwa kita ada, kita menikah dan membentuk keluarga dengan atau tanpa anak cucu di dalamnya adalah karena rancangan Allah bagi kita? Untuk itu marilah kita bersyukur untuk hidup dan keluarga yang Allah karuniakan kepada kita. Dan sebagai rasa syukur kepada-Nya...
Sudahkah kita menjadi "gambar Allah" dalam hidup ini, baik secara pribadi maupun keluarga dengan memelihara dan melestarikan alam di sekitar kita dan hidup berkenan kepada-Nya? Selamat hari Minggu, selamat merayakan bulan keluarga, Tuhan Yesus memberkati! Amin.

Pdt. HR (renungan warta gkb, 2016.09.04)

20160226

YUDAS MENGHIANATI YESUS

Lukas 22:3-6

Saudara, pernahkah Saudara merasa dihianati oleh orang yang selama ini Saudara percayai? Mungkin Saudara pernah dihianati oleh seseorang yang pernah berjanji pada Saudara, atau oleh seseorang yang bersikap baik di hadapan Saudara, tetapi kemudian Saudara ketahui bahwa semua perkataannya bohong belaka dan semua sikapnya adalah palsu. Bagaimana perasaan Saudara jika Saudara dihianati demikian?

Nas Alkitab pada minggu prapaskah lll ini, menceritakan tentang Yudas yang menghianati Yesus. Pada hal Yudas adalah salah seorang dari keduabelas murid Yesus yang dikasihi-Nya. Mengapa Yudas tega menghianati Yesus, gurunya sendiri? Banyak alasan bisa dikemukakan, tapi penulis Injil Lukas mengemukakan satu alasan saja, yaitu karena Iblis merasuki Yudas. Bagaimana bisa, Iblis merasuki Yudas yang adalah murid Yesus, yang selama tiga tahunan telah mengikut dan hidup bersama Yesus? Ternyata sekalipun Yudas telah mengikut Yesus bertahun-tahun, tapi ia tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan di dalam hidupnya. Bagi Yudas kepentingan pribadinya, uang dan kekuasaan jauh lebih penting dibandingkan Yesus. Itulah sebabnya Iblis merasuki dirinya melalui hati yang dikuasai uang dan pementingan diri tersebut.

Saudara, sudah berapa lama Anda mengikut Yesus? Setahun, tiga tahun, atau jauh lebih lama dari itu? Belajar dari kisah ini, yang terpenting bukan berpa lama kita mengikut Yesus dan melayani di gereja, tapi ... sudahkah kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan di dalam hati dan hidup kita? Bila tidak, mungkin Iblis akan merasuki hidup kita, dan kita akan menghianati Yesus demi uang, kepentingan diri, kekuasaan dan lain sebaginya.

Mari jadikan Yesus sebagai Tuhan yang bertahta di hati kita, dan tempatkan yang lain di bawah kehendak-Nya, maka Iblis tidak akan merasuki hidup kita.
Selamat hari Minggu, selamat menghayati Minggu Prapaskah lll, Tuhan memberkati! Amin.

Pdt. HR (renungan warta GKB, 28.02.2016)

20160219

Pemborosan atau Pengorbanan?

Yohanes 12:1-8

Saudara, bila kita menyadari bahwa banyak hal dalam kehidupan ini adalah kesempatan yang hanya datang sekali dan tidak akan datang kembali atau "moment of no return", maka kita pasti akan menggunakan setiap kesempatan yang datang dengan sebaik-baiknya. Kesempatan itu misalnya, berupa kesempatan untuk memberi dan melakukan yang terbaik bagi orang-orang yang kita kasihi selama mereka masih hidup, karena apabila mereka telah meninggal, kesempatan itu tidak akan pernah datang lagi.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kesempatan "moment of no return" itu disadari betul oleh seorang perempuan bernama Maria. Diceritakan ketika Yesus datang ke Betania dan menerima jamuan makan di sana, "Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu" (ayat 3). Apa yang dilakukan oleh Maria di sini adalah hal yg sangat tidak biasa; setengah liter minyak narwastu murni yang mahal harganya dituangkan ke kaki Yesus adalah pemborosan bagi Yudas dan orang-orang sekitarnya yang menyaksikan hal itu. Tapi bagi Maria, hal itu adalah kesempatan untuk menunjukkan kasihnya yang mendalam kepada Yesus  sekalipun ia harus berkorban untuk membeli minyak yang mahal dan merendahkan dirinya dengan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Bagi Maria, Yesus jauh lebih berharga dibanding apa pun juga.

Saudara, apa yang sudah kita berikan sebagai wujud cinta kasih kita kepada Tuhan? Bersediakah kita mengorbankan atau mempertaruhkan uang, reputasi, harga diri, bahkan diri kita sebagai wujud pelayanan kasih kita kepada Tuhan? Atau jangan-jangan kita menganggap uang, reputasi, dan harga diri jauh lebih berharga dibanding Yesus, sehingga apa yang kita lakukan bagi-Nya hanya pemborosan belaka?  Mari kita wujudkan kasih kita kepada Tuhan dengan apa yang ada pada kita dengan berusaha memberi dan berbuat yang terbaik bagi Tuhan dan bagi  orang-orang yang kita kasihi.
Selamat Hari Minggu, selamat menghayati Minggu Prapaskah ll, Tuhan memberkati? Amin.

Pdt. HR. Renungan warta GKB 21.02.2016

20160205

Cinta Kuat Seperti Maut

Kidung Agung 8:5-7
Saudara, kita tentu pernah merasakan yang namanya cinta, baik ketika kita dicintai maupun ketika kita mencintai. Karena kita pernah merasakan cinta, maka kita pasti tahu betapa kuatnya cinta, ketika cinta itu sedang membara rasanya memang tidak ada yang bisa menghalangi cinta. Itulah sebabnya bagi orang yang sedang jatuh cinta ada istilah, "gunung tinggi akan kudaki, lautan luas akan kuseberangi demi cintaku padamu!" , sekalipun bagi sebagian orang ungkapan ini hanya gombal saja, tapi bagi orang yang sungguh jatuh cinta merasakan kuatnya cinta yang akan menerjang segala rintangan yang ada.
Kuatnya cinta dilukiskan oleh penulis Kidung Agung sebagai materai yang terpatri di dalam hati - tidak terlihat, tetapi juga kelihatan nyata di dalam perbuatan bahkan dorongan untuk berbuat menyatakan cinta itu sekuat maut (ay. 6). Artinya tidak ada seorang pun yang dapat menghindari cinta, seperti tidak ada seorang pun yang dapat menghindari maut. Itulah cinta! Cinta itu membara bagaikan api yang dasyat, dan tidak ada kekuatan apa pun yang dapat memadamkannya, menghanyutkannya atau membayarnya (ay. 7). Cinta akan tetap ada, dan siap serta rela berkorban bagi yang dicintainya.
Saudara…, apakah cinta saudara kepada pasangan hidup, kepada sesama, dan terlebih kepada TUHAN adalah cinta yang murni, tanpa pamrih, dan rela berkorban? Cinta yang kuat seperti maut, yang terus menerjang sekalipun rintangan menghadang. Cinta yang terus-menerus diupayakan dan diwujudkan dalam kata dan perbuatan bagi yang dikasihinya. Cinta sejati yang kuat seperti maut ini sudah dinyatakan oleh TUHAN di dalam dan melalui Yesus Kristus. Karena itu agar kita memiliki cinta seperti ini, marilah kita hidup meneladani Kristus.
Selamat hari Minggu, selamat beribadah, TUHAN memberkati kita! Amin!