Oleh: Handri Rusli
II Kor. 8:7-15
Dalam kehidupan bersama, baik dalam keluarga maupun dalam bermasyarakat kita mengenal istilah: "ringan sama dijinjing, berat sama dipikul". Sedangkan dalam kehidupan bersama sebagai orang percaya kita mengenal istilah gereja sebagai tubuh Kristus, apa yang dialami satu anggota dirasakan seluruh tubuh. Kedua istilah ini hendak menyatakan bahwa dalam kehidupan bersama susah dan senang, berhasil dan gagal, baik dan buruk dirasakan bersama oleh semua anggota kelompok; saling peduli, saling menopang dan saling mendukung satu sama lain. Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi bila hal ini sungguh-sungguh dipraktekan di dalam keluarga, di masyarakat dan juga di gereja. Pasti akan terjadi hidup bersama yang indah!
Apa yang ideal, dan diharapkan dalam hidup bersama sering berbeda dengan kenyataannya. Itulah yang terjadi pada kehidupan bersama umat percaya pada jaman Rasul Paulus. Sebagai tubuh Kristus, semua umat percaya di berbagai tempat di dunia ini pada hakekatnya adalah satu. Itu berarti kesusahan dan atau kesenangan umat di satu tempat menjadi kesusahan dan atau kesenangan seluruh umat percaya di tempat lainnya. Namun yang terjadi ketika jemaat di Yerusalem mengalami kesusahan dan butuh bantuan jemaat di Korintus kurang peduli. Padahal jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya dalam segala hal (ay. 7) tapi ternyata mereka miskin dalam pemberian/pelayanan kasih. Itulah sebabnya Rasul Paulus menegur mereka dengan keras agar mereka bukan hanya kaya dalam hal-hal tertentu saja tetapi juga kaya hati, kaya dalam pelayanan kasih. Rasul Paulus mengajak jemaat Korintus bercermin kepada Jemaat Makedonia, sekalipun dalam kondisi kekurangan namun mereka kaya dalam pemberian (ay. 1-2), dengan membantu jemaat Yerusalem yang butuh pertolongan. Itulah hakekat hidup bersama, saling peduli dan saling membantu, kelebihan yang satu menutupi kekurangan yang lain, sehingga ada keseimbangan. Dan rasul Paulus mengingatkan bahwa kepedulian dan pemberian itu harus dilakukan dengan sukarela bukan dengan terpaksa karena pemberian itu pada dasarnya adalah persembahan kepada Allah (ay.11,12), sehingga dapat menyenangkan hati-Nya.
Dalam kehidupan bersama sebagai umat Allah kita harus selalu menyadari bahwa kita adalah Tubuh Kristus; apa pun yang dialami sesama kita baik dalam keluarga, dalam jemaat, dalam bersinode bahkan dalam kebersamaan semua gereja di dunia kita turut merasakannya. Itu berarti apa yang dialami GKI Taman Yasmin dan GK Sarua Permai dalam permasalahan tempat ibadah seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama sebagai Tubuh Kristus. Dan lebih dari itu kita seharusnya menyatakan kasih dan kepedulian kita dengan memberi dukungan dan mendoakannya. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.