Translate

20090507

IBADAH YANG MEMBANGKITKAN INSPIRASI

Bila 'ku lihat bintang gemerlapan, dan bunyi guruh riuh 'ku dengar.
Ya Tuhanku tak putus aku heran, melihat ciptaan-Mu yang besar.

Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allahku !
Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allahku !




Bila kita memerhatikan syair lagu di atas tampak jelas bahwa pengarang atau pencipta lagu "Sungguh Besar Allahku" (How Great Thou Art) terinspirasi oleh alam; ketika melihat bintang-bintang, dan mendengar bunyi guruh atau petir yang dasyat dan tentunya juga oleh bentuk-bentuk alam yang lainnya, semua itu memberi inspirasi kepada pengarang untuk memuji dan membesarkan TUHAN Sang Pencipta alam semesta.

Alam telah memberi banyak inspirasi kepada manusia. Burung-burung telah memberi inspirasi kepada manusia untuk menciptakan pesawat terbang bahkan pesawat ruang angkasa. Ikan-ikan telah memberi inspirasi kepada manusia untuk menciptakan kapal selam, petir telah menginspirasi untuk menciptakan lampu listrik dan lain sebagainya.

Sebenarnya segala sesuatu dalam kehidupan ini dapat memberi inspirasi kepada manusia baik yang bersifat positif maupun negatif. Pelayanan di Hotel berbintang, misalnya, atau restoran mewah dengan para pelayan yang ramah, berseragam rapi dan bersih serta sangat dan terampil dalam melayani memberi inspirasi kepada kita untuk siap membayar mahal. Sebaliknya pelayanan di sebuah penginapan sederhana atau losmen atau rumah makan tenda dengan pelayanan seadanya, bising, panas dan berdebu juga memberi inspirasi kepada kita untuk membayar jauh lebih murah semua pelayanannya. Bahkan sebenarnya hidup kita pun dapat memberi inspirasi kepada sesama di sekitar kita, melalui pemikiran, perkataan dan terlebih perbuatan kita. Orang lain dapat terinspirasi oleh kita baik hal positif maupun negatif.

Jika segala sesuatu dapat memberi inspirasi bagi kita lalu bagaimana dengan ibadah kita kepada Tuhan ? Apakah ibadah yang kita lakukan juga telah memberi atau membangkitkan inspirasi kepada kita dan sesama ?

Ibadah memang mempunyai pengertian yang sangat luas karena ibadah menyangkut seluruh kehidupan kita. Namun dalam hal ini kita batasi dulu pada pengertian ibadah dalam arti seremonial seperti kebaktian minggu dan kebaktian-kebaktian lainnya di gereja.

Banyak orang yang datang ke gereja untuk beribadah dan pulang dengan perasaan yang 'hampa' sama seperti ketika ia datang. Mengapa ? Mungkin karena ibadah yang berlangsung terasa 'kering', 'gersang' tidak membangkitkan inspirasi yang positif untuk dilakukan. Hal ini dapat disebabkan dua hal, yaitu:

Pertama, bisa karena orang yang datang beribadah ke gereja tidak mempersiapkan hati dan seluruh dirinya untuk beribadah, yaitu untuk mengabdi dengan menyenangkan Tuhan dalam seluruh rangkaian peribadahan yang berlangsung. Seharusnya setiap orang yang datang beribadah adalah untuk memberi diri, untuk mengabdi, dan untuk melayani Tuhan bukan untuk menerima, diabdi atau dilayani. Beribadah adalah untuk menyenangkan Tuhan bukan untuk kesenangan diri sendiri. Jika kita datang beribadah tidak dengan kesiapan hati seperti ini maka bisa jadi kita akan merasa hampa dan bahkan kecewa dalam beribadah.

Kedua, mungkin karena para penata layan yang bertugas dalam ibadah itu kurang mempersiapkannya dengan baik sehingga ibadah yang berlangsung terkesan 'asal' jalan. Hal ini dapat disebabkan karena para penatalayan tidak memahami dengan benar bahwa mereka sedang mengemban tugas yang sangat penting dan mulia yaitu melayani ALLAH Sang Pencipta Alam Semesta yang menghendaki ketertiban dan keteratuan (Kejadian 1). Betapa pun kecil dan sederhananya tugas pelayanan yang diberikan semua itu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya karena merupakan kepercayaan dari Tuhan Semesta Alam. Tidak kalah penting dalam mempersiapkan ibadah adalah penataan ruang yang nyaman sehingga terhindar dari kebisingan dan panas (gerah) yang dapat mengganggu kekhidmatan ibadah, juga penataan dan perlengkapan soundsystem serta audiovisual yang baik bebas dari segala gangguan yang mungkin terjadi.

Jika setiap orang telah mempersiapkan hati untuk beribadah dan segenap penatalayan telah mempersiapan diri dengan sebaik-baiknya untuk melakukan tugasnya dengan segala perlengkapan yang mendukung maka ibadah yang berlangsung akan membangkitkan inspirasi bagi setiap orang yang ada di dalamnya. Setiap orang akan terkesan (baca: terinspirasi) bahwa ibadah itu bukan 'asal' jalan, penatalayan yang bertugas dengan seragam dan atribut penatalayan bukan sembarang orang yang tanpa dipersiapan tetapi benar-benar orang yang dipilih dan dipersiapkan (baca: dibina) sesuai dengan talenta dan karunianya sehingga kompeten di bidang pelayanannya.

Ibadah yang dipersiapkan dengan baik akan membangkitkan inspirasi bagi setiap orang yang datang beribadah. Orang yang memiliki rasa dendam, misalnya, ketika mendengar khotbah tentang pengampunan akan terinspirasi untuk mengampuni, orang yang malas untuk menyanyi ketika mendengar paduan suara, prokantor serta iringan musik yang indah terinspirasi untuk menyanyi dengan sungguh-sungguh baik dan benar, orang yang semula menyepelekan tugas-tugas yang dianggapnya kecil dan rendah ketika melihat pelayanan tim kolektan yang terampil dan teratur rapih dalam pelayanannya terinspirasi untuk melakukan tugas sekecil apapun dengan baik dan penuh tanggung jawab. Demikian juga orang akan terinspirasi untuk bersikap ramah dan hangat karena melihat pelayanan tim penyambutan yang berlaku demikian. Dan setiap orang yang hadir akan saling menginspirasi sesamanya untuk melakukan segala yang baik dan benar dalam rangka beribadah, mengabdi kepada Tuhan dalam hidupnya baik dalam ibadah seremonial maupun dalam ibadah kehidupan sehari-hari.

Semoga ibadah kita adalah ibadah yang membangkitkan inspirasi bagi segenap jemaat dan semoga hidup kita masing-masing juga memberi inspirasi kepada sesama untuk melukan segala yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga TUHAN berkenan dengan ibadah kita !

#Handri Rusli@Bulletin GKB, 05022008.#

"PERSIAPKANLAH JALAN UNTUK TUHAN"

Lukas 3 : 1- 14 (Nats ay. 4b – 6)
            Setiap menjelang natal, mungkin kita sering mendengar nats pembacaan kita dibacakan atau dikhotbahkan, yang mengatakan tentang  ADA SUARA YANG BERSERU-SERU: "Persiapkanlah jalan bagi Tuhan".  Mungkin karena seringnya kita mendengar, bisa saja kita menjadi bosan mendengarnya. Tetapi persoalannya adalah bukan seberapa banyak atau seringnya kita membaca dan mendengar nats ini, melainkan apakah kita telah mengerti apa yang dimaksud Yohenes Pembaptis dengan perkataannya " Persiapkanlah Jalan Bagi Tuhan" ?
            Untuk memahami apa yang dimaksudkan Yohanes, saya akan membawa Saudara pada ilustrasi tentang jalan di kota Bogor. Sebagai orang Bogor, tentu kita tahu bahwa setiap hari jalan-jalan di Bogor selalu diwarnai dengan kemacetan lalulintas. Nah, seandainya dalam situasi kemacetan sehari-hari yang mewarnai Bogor, lalu presiden kita  'Gusdur' mau berkunjung ke Bogor. Mendengar berita itu, maka Bapak Wali kota berkata kepada bawahannya dan kepolisian Bogor, "Persiapkanlah jalan  bagi Presiden kita!"  Mendengar perkataan wali kota itu, saya yakin, pasti seluruh bawahannya mengerti maksudnya, yaitu membuat jalan-jalan yang akan dilalui presiden menjadi bebas macet.
            Demikian juga jika kondisi jalan di desa-desa berlogak, becek, bergunung-gunung, berliku-liku dsb. Dan ada seorang Bupati akan datang ke desa itu, maka kepala desanya berkata kepada seluruh warganya: "Persiapkanlah jalan bagi Bupati kita yang akan lewat!".  Saya percaya, jangankan warga desa itu, Saudara-saudara pun pasti mengerti maksudnya, yaitu menimbun jalan yang berlubang, meratakan yang bergung-gunung, merapikan yang semrawut dsb.
            Dengan maksud yang hampir sama seperti kedua ilustrasi inilah Yohanes berkata kepada bangsanya, "Persiapkanlah jalan bagi Tuhan".  Jalan yang mana ? Tentu bukanlah jalan sebenarnya seperti kedua ilustrasi di atas. "Jalan" di sini hanya sebagai kiasan/perumpamaan. Karena pada jaman itu belum ada jalan yang macet, dan kondisi jalannya pun sudah cukup baik. Mengapa saya katakan demikian ? Karena Pelestina waktu itu berada di bawah jajahan Romawi, di mana mereka selalu membangun jalan-jalan yang baik di daerah jajahannya  yang semuanya menuju ke kota Roma. Itulah sebabnya sampai saat ini kita sering mendengar istilah "banyak jalan menuju Roma".
            Agar kita mengerti arti "Memepersiapkan Jalan"  seperti yang dimaksud Yohanes, maka penulis Injil Lukas menceritakan konteks/keadaan masyarakat pada waktu itu :
1.      Situasi Politik (ay 1) : ada di bawah kekaisaran Romawi yang besar yang membawahi para gubernur dan raja-raja wilayah. Kekaisaran ini adalah kafir, dan pemerintahannya menyusup ke bidang agama, mengaturnya untuk kepentingan negara. Sehingga seharusnya hanya satu Imam Besar, namun demi kepentingan negara, diangkatlah imam besar yang lain, sehingga waktu itu ada dua Imam Besar (ay.2).
2.      Situasi keagamaan : Karena negara turut campur dalam keagamaan maka kehidupan keagamaan diwarnai dengan pertobatan-pertobatan yang semu. Orang-orang berpikir : yang penting adalah sebagai orang Yahudi dan keturunan Abraham, itulah yang menyelamatkan. Sekalipun tanpa buah-buah pertobatan (ay. 7-9)
3.      Situasi sosial (ay.10-14) : tidak ada keadilan dan cinta kasih diantara sesama. Masing-masing mementingkan diri sendiri. Yang punya banyak pakaian tidak peduli dengan yang tidak punya. Yang berkelebihan makanan tidak peduli dengan yang kelaparan dsb.
Dalam situasi seperti itulah Yohanes Pembabtis datang dan berkata, "Persiapkanlah jalan bagi Tuhan".
Apa artinya mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam situasi seperti itu ?
·        Di tengah-tengah situasi formalitas keagamaan yang merajalela; mementingkan keyahudian, keturunan Abraham, umat Allah namun tanpa pertobatan……"Mempersiapkan Jalan bagi Tuhan " berarti:  Harus ada perubahan sikap hati atau bertobat.  Keagamaan jangan hanya di permukaan saja tetapi harus mendasar di hati dan disertai ibadah nyata dalam hidup sehari-hari. Bila tidak demikian, maka kapak telah tersedia pada akar pohon dan siap menebang pohon-pohon yang tidak berbuah, sekalipun ia keturunan Abraham dan Yahudi.
·        Di tengah-tengah situasi yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak ada keadilan dan cinta kasih,….."Mempersiapkan jalan bagi Tuhan"  berarti :  Harus ada perubahan sikap hidup ; dari memikirkan diri sendiri menjadi peduli dan memikirkan sesama. Membagikan pakaian pada yang tidak punya dan makanan pada yang kelaparan.
- Perubahan sikap hidup tidak sama dengan perubahan jabatan/pekerjaan, bila pekerjaan itu pada dasarnya baik. Karena itu para pemungut cukai dan para prajurit tidak perlu berhenti dari pekerjaannya/jabatannya tetapi yang harus mereka lakukan adalah meninggalkan dosa-dosa dari jabatannya itu,   korupsi,  kolusi,  nepotisme dsb.
·        Dalam situasi politik keagamaan yang memperebutkan kedudukan Imam Besar, …"Mempersiapkan jalan"  berarti : menyadari keberadaan diri, tidak meninggikan diri dan belajar menerima serta bertanggung jawab dengan jabatan yang ada. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis berkata,  "Aku bukan Mesias, membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak" (ay. 15-16).
Jadi  yang dimaksud "mempersiapkan jalan bagi Tuhan"  dalam pembacaan kita berarti : MENGUSAHAKAN PERUBAHAN SIKAP HATI DAN SIKAP HIDUP DALAM SEGALA BIDANG KEHIDUPAN KITA,  ke arah yang lebih baik, lebih berkenan dan lebih memuliakan Tuhan.
 *
            Persoalannya sekarang, pada hari Natal ini,  dan dalam menyambut kedatangan Kristus yang kedua, bagaimana kita dapat "Mempersiapkan jalan bagi Tuhan"  dalam konteks kita kini dan di sini ?!
Untuk itu, pertama-tama, kita harus tahu dulu bagaimana situasi dan kondisi "jalan" yang ada. Apakah berlubang, bergunung, atau berkelok-kelok ?  Mari kita lihat jalan-jalan di sekitar kita :
-         Bagaimana kehidupan keluarga kita ? Hubungan suami dengan istri, orangtua dan anak, mertua dan menantu, kakak dan adik dsb.  Persiakanlah jalan dengan …..(memperbaiki seluruh hubungan tersebut dengan perubahan sikap hidup dan sikap hati terhadap Suami, istri, anak-anak, orangtua dsb.)
-         Bagaimana dengan sikap hidup kita ? Egois, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan sesama dsb. Persiapkanlah jalan dengan cara……..
-         Bagaimana dengan pekerjaan kita ? Adakah korupsi, kolusi dan nepotisme kita lakukan? Persiapkanlah jalan ………..
-         Bagaimana dengan keagamaan kita ? Apakah hanya formalitas saja, sekedar kewajiban menjalankan hukum agama saja ? jika demikian, persiapkanlah jalan………
-         Bagaimana dengan pelayanan kita ? Apakah kita paham betul apa artinya menjadi pelayan, yang berarti merendahkan diri dan menganggap orang lain lebih utama, lebih penting dan lebih segala-galanya dari pada diri sendiri atau kita melayani dengan arogansi dan kesombongan untuk memerintah sesama? Kalau begitu persiapkanlah jalan …………
-         Bagaimana sikap kita terhadap sesama ? selalu curigakah dan iri dengki terhadap sesama ? Persiapkanlah jalan  …..
Untuk menyambut Natal dan kedatangan-Nya yang kedua, pada masa Advent ini, Tuhan menghendaki kita untuk mempersipkan jalan-Nya. Dengan mengadakan perubahan sikap hidup dan hati dalam segala bidang kehidupan kita. Karena jika Ia datang yang kedua, sebagai Hakim maka yang akan Ia lihat bukanlah Saudara Kristen atau keturunan Abraham atau bukan, melainkan apakah ada buah-buah pertobatan dalam hidup Saudara dan saya atau tidak. Karena kapak telah tersedia pada akar pohon dan siap menebang yang tidak menghasilkan buah.
Kiranya Firman Tuhan menjadi pelita bagi hidup kita. Selamat memasuki Minggu Advent ! Selamat mempersipkan jalan bagi Tuhan ! Dan Tuhan memberkati !
AMIN !
(Handri R, Advent I, Pemuda GKB, 01122002)