Ya Tuhanku tak putus aku heran, melihat ciptaan-Mu yang besar.
Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allahku !
Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allahku !
Bila kita memerhatikan syair lagu di atas tampak jelas bahwa pengarang atau pencipta lagu "Sungguh Besar Allahku" (How Great Thou Art) terinspirasi oleh alam; ketika melihat bintang-bintang, dan mendengar bunyi guruh atau petir yang dasyat dan tentunya juga oleh bentuk-bentuk alam yang lainnya, semua itu memberi inspirasi kepada pengarang untuk memuji dan membesarkan TUHAN Sang Pencipta alam semesta.
Alam telah memberi banyak inspirasi kepada manusia. Burung-burung telah memberi inspirasi kepada manusia untuk menciptakan pesawat terbang bahkan pesawat ruang angkasa. Ikan-ikan telah memberi inspirasi kepada manusia untuk menciptakan kapal selam, petir telah menginspirasi untuk menciptakan lampu listrik dan lain sebagainya.
Sebenarnya segala sesuatu dalam kehidupan ini dapat memberi inspirasi kepada manusia baik yang bersifat positif maupun negatif. Pelayanan di Hotel berbintang, misalnya, atau restoran mewah dengan para pelayan yang ramah, berseragam rapi dan bersih serta sangat dan terampil dalam melayani memberi inspirasi kepada kita untuk siap membayar mahal. Sebaliknya pelayanan di sebuah penginapan sederhana atau losmen atau rumah makan tenda dengan pelayanan seadanya, bising, panas dan berdebu juga memberi inspirasi kepada kita untuk membayar jauh lebih murah semua pelayanannya. Bahkan sebenarnya hidup kita pun dapat memberi inspirasi kepada sesama di sekitar kita, melalui pemikiran, perkataan dan terlebih perbuatan kita. Orang lain dapat terinspirasi oleh kita baik hal positif maupun negatif.
Jika segala sesuatu dapat memberi inspirasi bagi kita lalu bagaimana dengan ibadah kita kepada Tuhan ? Apakah ibadah yang kita lakukan juga telah memberi atau membangkitkan inspirasi kepada kita dan sesama ?
Ibadah memang mempunyai pengertian yang sangat luas karena ibadah menyangkut seluruh kehidupan kita. Namun dalam hal ini kita batasi dulu pada pengertian ibadah dalam arti seremonial seperti kebaktian minggu dan kebaktian-kebaktian lainnya di gereja.
Banyak orang yang datang ke gereja untuk beribadah dan pulang dengan perasaan yang 'hampa' sama seperti ketika ia datang. Mengapa ? Mungkin karena ibadah yang berlangsung terasa 'kering', 'gersang' tidak membangkitkan inspirasi yang positif untuk dilakukan. Hal ini dapat disebabkan dua hal, yaitu:
Pertama, bisa karena orang yang datang beribadah ke gereja tidak mempersiapkan hati dan seluruh dirinya untuk beribadah, yaitu untuk mengabdi dengan menyenangkan Tuhan dalam seluruh rangkaian peribadahan yang berlangsung. Seharusnya setiap orang yang datang beribadah adalah untuk memberi diri, untuk mengabdi, dan untuk melayani Tuhan bukan untuk menerima, diabdi atau dilayani. Beribadah adalah untuk menyenangkan Tuhan bukan untuk kesenangan diri sendiri. Jika kita datang beribadah tidak dengan kesiapan hati seperti ini maka bisa jadi kita akan merasa hampa dan bahkan kecewa dalam beribadah.
Kedua, mungkin karena para penata layan yang bertugas dalam ibadah itu kurang mempersiapkannya dengan baik sehingga ibadah yang berlangsung terkesan 'asal' jalan. Hal ini dapat disebabkan karena para penatalayan tidak memahami dengan benar bahwa mereka sedang mengemban tugas yang sangat penting dan mulia yaitu melayani ALLAH Sang Pencipta Alam Semesta yang menghendaki ketertiban dan keteratuan (Kejadian 1). Betapa pun kecil dan sederhananya tugas pelayanan yang diberikan semua itu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya karena merupakan kepercayaan dari Tuhan Semesta Alam. Tidak kalah penting dalam mempersiapkan ibadah adalah penataan ruang yang nyaman sehingga terhindar dari kebisingan dan panas (gerah) yang dapat mengganggu kekhidmatan ibadah, juga penataan dan perlengkapan soundsystem serta audiovisual yang baik bebas dari segala gangguan yang mungkin terjadi.
Jika setiap orang telah mempersiapkan hati untuk beribadah dan segenap penatalayan telah mempersiapan diri dengan sebaik-baiknya untuk melakukan tugasnya dengan segala perlengkapan yang mendukung maka ibadah yang berlangsung akan membangkitkan inspirasi bagi setiap orang yang ada di dalamnya. Setiap orang akan terkesan (baca: terinspirasi) bahwa ibadah itu bukan 'asal' jalan, penatalayan yang bertugas dengan seragam dan atribut penatalayan bukan sembarang orang yang tanpa dipersiapan tetapi benar-benar orang yang dipilih dan dipersiapkan (baca: dibina) sesuai dengan talenta dan karunianya sehingga kompeten di bidang pelayanannya.
Ibadah yang dipersiapkan dengan baik akan membangkitkan inspirasi bagi setiap orang yang datang beribadah. Orang yang memiliki rasa dendam, misalnya, ketika mendengar khotbah tentang pengampunan akan terinspirasi untuk mengampuni, orang yang malas untuk menyanyi ketika mendengar paduan suara, prokantor serta iringan musik yang indah terinspirasi untuk menyanyi dengan sungguh-sungguh baik dan benar, orang yang semula menyepelekan tugas-tugas yang dianggapnya kecil dan rendah ketika melihat pelayanan tim kolektan yang terampil dan teratur rapih dalam pelayanannya terinspirasi untuk melakukan tugas sekecil apapun dengan baik dan penuh tanggung jawab. Demikian juga orang akan terinspirasi untuk bersikap ramah dan hangat karena melihat pelayanan tim penyambutan yang berlaku demikian. Dan setiap orang yang hadir akan saling menginspirasi sesamanya untuk melakukan segala yang baik dan benar dalam rangka beribadah, mengabdi kepada Tuhan dalam hidupnya baik dalam ibadah seremonial maupun dalam ibadah kehidupan sehari-hari.
Semoga ibadah kita adalah ibadah yang membangkitkan inspirasi bagi segenap jemaat dan semoga hidup kita masing-masing juga memberi inspirasi kepada sesama untuk melukan segala yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga TUHAN berkenan dengan ibadah kita !
#Handri Rusli@Bulletin GKB, 05022008.#