Translate

20210401

Kristus Imam Besar Agung

Ibrani 4:14-5:10



Sejak manusia jatuh dalam dosa, hubungan antara manusia dengan Allah menjadi rusak sehingga manusia tidak dapat datang kehadirat Allah tanpa adanya pengantara antara manusia dengan Allah. Itulah fungsi seorang imam atau imam besar yaitu menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Surat Ibrani menyatakan bahwa:


Seorang imam besar adalah orang yg dipilih dari antara umat utk ditetapkan menjadi pengantara antara umat dgn Allah utk mempersembahkan korban penghapus dosa (1). Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, (karena ia sendiri penuh dengan kelemahan (2),

harus  mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri (3). Dan ia dipanggil oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan imam Harun (4).


 Demikian pula Kristus, Ia menjadi Imam Besar, krn ditentukan oleh Allah (Ibrani 5: 5-6, 10). Sebagai Imam Besar, Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,  sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa (5:15). Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah, Bapa (yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut,) dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan (5:7). Ia taat, menderita, mati dan bangkit membawa keselamatan kekal bagi yg percaya dan taat kepada-Nya (4:14, 5: 8-9). Dan kini Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa menjadi pengantara dan pembela kita di hadirat Allah.


Karena itu, penulis Ibrani, mengajak umat untuk teguh berpegang pada pengakuan iman kita kepada Kristus, karena Ia-lah yang menyelamatkan kita. Dan mengajak umat dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, karena kita akan menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan dan bukan penghukuman.


Hr, renungan warta, 2 April 2021.


20210305

Menjadi Gereja yang Sejati

Yohanes 2:13-22

Marah...  
Setiap orang pasti pernah marah,  dan setiap orang tentu boleh marah.
Tapi janganlah jadi pemarah  atau tukang marah, yang selalu marah terhadap apapun dan kepada siapa pun dan dalam situasi apa pun, karena kemarahan seperti itu hanya akan merusak diri sendiri dan orang lain di sekitar.  
Bila marah, marah lah pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat,  dalam situasi yang tepat, kepada orang atau sesuatu yang tepat, dan demi untuk kebaikan dan kebenaran. Itulah yang dinamakan marah yang kudus, marah yang bukan asal marah. Jadi bila marah, kita harus tahu mengapa harus marah, kapan harus marah kepada siapa harus marah.

Itulah kemarahan yang dilakukan Yesus dalam kisah yang kita baca hari ini. Ketika Yesus datang ke Yerusalem dan masuk ke dalam bait Allah, Ia mendapati di pelataran bait Allah ada para pedagang lembu, kambing domba, dan burung merpati serta para penukar uang. Melihat hal itu Yesus membuat sebuah cambuk lalu Ia marah menggulingkan meja-meja penukar uang dan mengusir orang-orang yang berjualan di sana. Karena kata-Nya bahwa bait Allah bukanlah tempat untuk berjualan tetapi tempat untuk beribadah. 
Melihat hal itu murid-murid-Nya teringat sebuah firman dalam Mazmur 69: 10 yang tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."   

Kisah ini hendak mengingatkan bahwa kemarahan Yesus bukan asal marah, dan bukan marah untuk mencari-cari kesalahan orang, karena Dia bukan pemarah atau tukang marah. Bahkan, seluruh kitab Injil  mencatat bahwa Yesus hanya marah sekali saja, yaitu dalam kisah ini. 
Ia marah pada pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dalam situasi yang tepat kepada orang-orang yang tepat. Ia marah karena cinta-Nya kepada rumah Tuhan. Dan kecintaan-Nya akan rumah Tuhan tidak membiarkan rumah Tuhan disalahgunakan menjadi tempat berjualan, mencari keuntungan bahkan keuntungan yang tidak wajar, yang memperdaya para peziarah  yang hendak beribadah. Kecintaan akan rumah Tuhan membuat Yesus tidak dapat berdiam diri melihat praktek para Penyamun di rumah Tuhan itulah sebabnya Ia menjadi marah!

Rumah Tuhan yang Yesus maksudkan bukan sekedar tempat ibadah, tetapi juga tubuh-Nya sendiri yang akan mati dan bangkit kembali. Dan tubuh Yesus adalah gambaran dari geraja-Nya, yaitu umat percaya.

Bercermin dari Firman ini, lalu 
bagaimana dengan kita umat percaya? 
Apakah kita akan tinggal diam bila melihat ada banyak penyimpangan dan penyalahgunaan terjadi di rumah Tuhan, dalam gereja-Nya, dalam pelayanan, dalam kehidupan umat percaya, bahkan dalam diri kita masing-masing dengan hidup tidak seturut firman-Nya?

Kiranya Firman Tuhan menerangi hidup kita dan Roh Kudus menolong kita untuk melakukan Firman-Nya.
Selamat memasuki Minggu prapaskah ke-3, Tuhan Yesus memberkati! 

Amin.


HR, renungan warta gkb 07.03.202

20210129

ALLAH SUMBER KEKUATAN

Yesaya 40 : 21 - 31 

Apa yang membuat Anda merasa capek lelah, letih dan lesu dalam menjalani hidup ini?

Umat Israel dalam perikop yang kita baca  sedang mengeluh merasa capek dan lelah dalam kehidupan yang mereka jalani di tanah pembuangan; mungkin mereka merasa capek dan lelah hidup sebagai budak di negeri asing dan mungkin dalam kelelahan itu mereka hampir berputus asa dan tidak lagi berani berharap bahwa mereka bisa kembali ke negerinya. Dan mereka merasa bahwa Tuhan seolah-olah telah meninggalkan mereka, menyembunyikan wajah-Nya dari mereka dan tidak mau tahu dengan nasib hidup mereka. 

Dalam suasana seperti itu Firman Tuhan datang kepada mereka melalui Nabi Yesaya  untuk menguatkan dan menghibur mereka agar mereka tidak menjadi putus asa dalam menjalani hidup yang berat yang mereka alami. 

Melalui Yesaya, Tuhan menyatakan bahwa Dia-lah yang menciptakan alam semesta dan yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya, Dia
tidak pernah menjadi lelah dan lesu, dan hikmat-Nya tidak terselami. 

Bila umat menyadari siapa Allahnya dan sungguh percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka dan Allah mengetahui segala penderitaan mereka dan Ia tidak tinggal diam melainkan akan menolong mereka dan mengembalikan mereka ke negerinya pada saatnya nanti, maka umat akan memiliki semangat dan kekuatan baru dengan berpengharapan kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan yang berat itu.

Dikatakan umat tidak akan menjadi lelah dan tidak akan menjadi lesu, mereka seumpama seperti Rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya mereka berlari dan tidak menjadi lesu dan mereka akan berjalan dan tidak menjadi lelah. Itulah orang-orang yang mengandalkan Tuhan dengan hidup berpengharapan kepada-Nya.

Bercermin dari firman hari ini, apa yang selama ini melelahkan hidup kita? Mungkin pandemi ini, kehidupan ekonomi yang semakin berat, pergumulan rumah tangga,  atau persoalan-persoalan pribadi kita telah melelahkan kita?
Marilah dalam segala upaya kita menjalani kehidupan ini,  kita tetap percaya pada kuasa dan kasih Tuhan serta terus berpengharapan pada pertolongan-Nya sehingga kita dikuatkan menjalani kehidupan yang melelahkan ini.
Selamat hari Minggu, Tuhan Yesus memberkati!

HR, (renungan warta gkb, 31.01.2021)