Translate

20100617

Kesusahan Sebagai Kesempatan

-->
 Ayub 38 : 1 – 11
            Kesusahan! Adakah orang yang tidak pernah mengalami kesusahan dalam hidupnya? Setiap orang pasti pernah mengalami kesusahan, tak terkecuali orang kristen. Dan ketika menghadapi kesusahan setiap orang menghadapinya dengan sikap yang berbeda-beda; ada yang menghadapinya dengan marah, stres, mengeluh, menyalahkan orang lain, bahkan sampai menyalahkan Tuhan. Itulah sebabnya karena kesusahan yang kita alami hidup kita bisa kacau, keluarga bisa hancur dan iman bisa runtuh.
            Melalui kisah Ayub, kita dapat belajar bagaimana seharusnya sikap kita  dalam menghadapi kesusahan hidup. Dalam kesalehan hidup beragamanya Ayub mengalami kesusahan besar dalam hidupnya; harta bendanya habis, anak-anaknya meninggal, dan ia terkena penyakit kulit yang sangat mengerikan. Menghadapi kesusahan itu, bisa saja Ayub bersikap marah, meragukan kebaikan Tuhan dan bahkan menuduh Tuhan melakukan yang tidak adil terhadap dirinya. Tetapi Ayub tidak bersikap demikian, dalam kesusahannya ia memilih sikap tetap percaya pada Tuhan dengan segala kebaikan-Nya, katanya, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (1:21b).
            Dari Ayub kita belajar bahwa kesusahan ternyata dapat merupakan kesempatan bagi kita untuk menunjukan kesetiaan kepada Tuhan (2:10), kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan yang benar akan Tuhan (42:5), dan kesempatan untuk tetap hidup dalam rencana Tuhan dan penggenapannya (42:10).
            Kesusahan adalah kesempatan, bila kita menyikapi kesusahan itu dengan sikap yang benar dan dengan tetap percaya pada Tuhan dengan segala kebaikannya pada kita.
            Jadi bila kesusahan datang, marilah kita belajar kepada Ayub, dengan menjadikan kesusahan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan tetap kuat di dalam Tuhan. Amin!

(Handri Rusli)