Translate

20201102

GEREJA KRISTUS BOGOR DULU, KINI DAN ESOK SEBUAH REFLEKSI EKSISTENSI DIRI DI TENGAH MASYARAKAT*

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA


    Memperingati ulang tahun suatu gereja akan membawa kita pada usaha untuk menghayati kehidupan dan perkembangan gareja itu dari tahun ke tahun. Tentu saja usaha ini hanya bisa menghantar kita untuk mengingat  segala pengalaman baik dan buruk yang bisa menjadi acuan bagi kehidupan gereja di masa yang akan datang. Waktu terus menerus berjalan; masa lalu banyak berbeda dengan masa kini tetapi karya penyertaan Tuhan Yesus terhadap gereja-Nya tetap kekal, dahulu, sekarang dan sampai selamanya. Inilah yang senantiasa menyertai kehidupan jemaat Gereja Kristus Bogor dari masa lalu hingga sekarang ini. Tujuh puluh tahun adalah waktu yang panjang untuk perjalanan usia manusia, tapi adalah waktu yang singkat untuk mencapai kesempurnaan sebagai jemaat Tuhan …….



CIKAL BAKAL  GEREJA KRISTUS BOGOR


    Tahun 1927,  METHODIST MISSION mengundurkan diri dari Pulau Jawa untuk memusatkan pekerjaan misi di Pulau Sumatera. Peristiwa ini membawa akibat bahwa semua jemaat Methodist di Jawa Barat hendak diserahkan kepada NEDERLANDS ZENDINGS VEREENIGING (NZV). Karena itu, dengan segera jemaat-jemaat mengambil keputusan untuk berdiri sendiri. Pada tanggal 1 Januari 1923 lahirlah gereja yang mempergunakan nama TIONG HOA KIE TOK KAUW HWEE (THKTKH).

    Salah seorang pendukung THKTKH, Sdr. LOE KIAN GOAN pindah ke Bogor dari Jakarta. Setelah kepindahannya ini, beliau menjadi anggota majelis jemaat Gereja Pasundan, di mana pada saat itu Pdt. J. IKEN menjadi rohaniwan/gembalanya. Gereja Pasundan sebenarnya mempunyai dua anak, yaitu keturunan Tionghoa dan Sunda. Saudara-saudara keturunan Tionghoa saat itu ingin sekali mempunyai jemaat sendiri, tapi  Pdt. J.  IKEN  belum menyetujuinya dengan alas an karena belum mempunyai pendeta sendiri, sedangkan beliau adalah utusan dari NZV untuk saudara-saudara orang Sunda. Dan diputuskan bahwa kebaktian saudara-saudara Tionghoa dapat dilaksanakan dengan pengawasan/bimbingan dari NZV. 

    Hasrat untuk mendirikan suatu tempat ibadah, disalurkan dengan seringnya saudara-saudara ini berkumpul dalam suatu persekutuan doa di rumah Miss ARI J. HOLLAND di jalan Sukasari (kini Siliwangi) No. 8. 

    Bulan September 1935, Sdr. LIE KIM TIAN, aktifis dari persekutuan doa tersebut membicarakan masalah pendirian jemaat baru ini dengan Sdr. LEE TENG SAN di Cirebon. Kebetulan sekali Sdr. LEE TENG SAN ingin sekali pindah dari Cirebon ke Bogor. Dan beliau sejak 1922 telah mengikuti kursus Pekabaran Injil yang diselenggarakan oleh Gereja Methodist di Bogor dan telah mempunyai diploma.

    Sejak bermukim di Bogor, beliau menjadi guru sekolah Methodist di jalan Handelstraat (kini Suryakencana) No. 116.

    Demikianlah waktu berjalan terus, hasrat untuk membentuk jemaat sendiri semakin besar, sehingga pada tanggal 21 Desember 1935 jam 20.30 berkumpulah saudara-saudara yang merupakan jemaat Gereja Kristus yang mula-mula di Bogor ini, dengan maksud mengadakan rapat  persiapan pendirian jemaat THKTKH Bogor. 

    Dalam rapat tersebut hadir:

LEE TENG SAN & NY., LIE KIM TIAN & NY., TJIE TIANG SENG & NY., WIE SOEN SENG & NY., OEI ENG KIM, TAN BOCK SENG, TJAN TJIN SIONG, LOE KIAN GOAN & NY., TAN PIK GWAT & NY., ANG SOEN KAUW & NT., LAUW GIOK LAM

Hadir pula dalam pertemuan ini Sdr. KHOE LAN SENG dan GO CHIN SIAN dari Jakarta.

    Dari pertemuan ini lahirlah jemaat Gereja Kristus Bogor yang pada saat itu bernama "TIONG HOA KIE TOK KAUW HWEE" yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 27 Desember 1935 jam 19.00 di gedung THKTKH Handelstraat No. 116, yang telah dikontrak untuk 6 bulan.



PERKEMBANGAN JEMAAT DARI TAHUN 1935 – 2005 


  1. Tahun 1935 – 1945

Pada periode ini terbentuklah Majelis Jemaat yang pertama yang terpilih dari Rapat Umum Anggota (R.U.A) yaitu: Sdr. LEE TENG SAN, Sdr. LOE KIAN GOAN dan Sdr. LIE KIM TIAN. Perkembangan jemaat mula-mula yang masih kecil ini banyak menerima bantuan dari Pendeta N.Z.V. dan  saudara-saudara seiman di Jakarta, dan Pdt. LIM SIOK HIE dari Semarang.

Kemudian atas saran Pdt. POUW IE GAN, pada tahun 1937, dibentuk Persekutuan-persekutuan Rumah Tangga (yang kini berkembang menjadi persekutuan wilayah) yang diadakan pada hari-hari  Senin sampai dengan Sabtu. Tujuan dari diadakannya Persekutuan ini adalah untuk mencari jiwa-jiwa baru untuk datang kepada Tuhan. Hasil dari persekutuan ini adalah bertambahnya saudara/I yang diselamatkan dan bertambahnya jumlah anggota. Persekutuan ini awalnya di lakukan di 6 tempat yaitu: Cibadak, Cicurug, Sukabumi, Cianjur, Cisarua dan Leuwiliang.

Pada periode awal ini juga mulai terbentuk persekutuan Wanita yang diawali dengan persekutuan doa dan kemudian kebaktian-kebaktian untuk kaum wanita/ibu. Demikian juga Sekolah Minggu (Zondag School) untuk anak-anak dari keluarga jemaat mulai diadakan setiap hari minggu.

Tenaga rohani pertama dalam jemaat yang baru ini adalah Sdr. Lie Teng San. Sayangnya ia hanya sempat melayani selama tiga tahun dari sejak beridirinya THKTKH Bogor. Dan karena alas an kesehatan ia mengundurkan diri dari pelayanan jemaat. Tidak lama kemudian kekosongan tenaga rohani ini digantikan oleh Pdt. B.L. Hoo yang ditahbiskan sebagai pendeta Jemaat THKTKH Bogor.

    Untuk membangkitkan semangat iman jemaat, maka pada pertengahan peiode ini diselenggarakan Kebangunan Rohani (serie Meeting) yang pertama. Dan diadakan di rumah Sdr. Yap Lim Kian di jalan Roda dan dipimpin oleh DR. John Sung. Dalam waktu yang hamper bersamaan jemaat juga mendapat kunjungan dari Evangelist (Pengabar Injil) DR. Lim Pwe Hiong yang mengadakan pembaruan dalam Pekabaran Injil THKTKH yang saat itu kurang aktif. 

    Perkembangan dari sisi organisasi, pada pertengahan periode ini, dalam Konferensi III Sinode THKTKH di Jakarta, diputuskan mengganti nama TIONG HOA KIE TOK KAUW HWEE menjadi CHUNG HUA CHI TUH CHIAO HUI, dengan alas an bahwa nama THKTKH bersifat kedaerahan sedangkan CHCTCH bersifat nasional.

    Setelah dua tahun melayani di jemaat Bogor, Pendeta BL Hoo menghakhiri tugasnya sebagai pendeta jemaat CHCTCH Bogor. Dan selama dua tahun jemaat mengalami kekosongan tenaga rohani. Dan kekosongan ini kemudian diisi oleh Pdt. Lim Liong Tjoen yang ditahbiskan sebagai pendeta Jemaat Bogor.

    Menjelang akhir periode mulai terbentuk  Tsing Nien Pu (Bagian Pemuda) di bawah pimpinan Sdr. A.M. Tambunan. Dan periode ini diakhiri dengan penahbisan Sdr. Ang Soen Kauw sebagai Guru Injil (kini Penatua Khusus) pada tanggal 27 Desember 1945, bertepatan dengan peryaan  10 Tahun Gereja. 



  1. Tahun 1946 – 1955

Periode ini diawali dengan berakhirnya pelayanan Pendeta Lim Liong Tjoen di Bogor karena mendapat panggilan tugas ke Jakarta.  Dan terbentuknya Badan Pengurus Pekabaran Injil (P.I.)  yang dipimpin oleh Sdr. Tjie Eng Hoat dan Sdr. J. Messakh. Dan ditahbiskannya Guru Injil Ang Soen Kauw menjadi pendeta Jemaat CHCTCH Bogor. Dan setahun kemudian, untuk membantu  pelayanan Pdt. Ang Soen Kauw, jemaat mengangkat Sdr. Tjio Tjin Liong sebagai pembantu pendeta.


    Perasaan sebagai gereja yang merupakan bagian dari Gereja Tuhan Yang Esa diwujudkan dengan bergabungnya Jemaat dengan Dewan Gereja-Gereja Kristen Tionghoa yang berpusat di Jakarta. Gereja CHCTCH juga turut aktif dalam: Konferensi Dewan Gereja-gereja di Indonesia (D.G.I.), Konferensi Dewan Gereja-gereja Kristen Tionghoa, dan Konferensi Jakarta Chu Hui.

    Pertengahan periode ini terbentuk Pengurus  SANG SZE PU (Bagian Urusan Kematian – BUK) dengan pengurusnya : Sdr. Thung Liong Louw, Sdr. Lim Kim Soey, Sdr. Tan Kim Tjoey.

Kegiatan-kegiatan jemaat pada periode ini lebih berkembang lagi dengan mengadakan Persekutuan Doa, Pemahaman Alkitab dan Katekisasi yang dilakukan di sekolah Rakyat di Jalam Empang, Bogor. Dan Pada tahun 1950 terbebtuk Pos-pos Pekabaran Injil (P.I) di Ciampea, Leuwiliang dan Belong.

    Pada pertengahan kedua periode ini, terbentuk Badan Pengurus FU NU PU (Bagian Wanita) yang pertama, dengan ketuanya Ny. Tan Kiat Lee.

    Di akhir peiode kedua dilakukan pembangunan Gedung gereja CHCTCH di jalan Sukasari (Siliwangi) No. 21 (kini No. 51) Bogor, yang peresmiannya dilakukan oleh Pdt. Ang Soen Kauw, pada tanggal 12 Desember 1954.   


C. Tahun 1956 - 1965

Awal periode ini,  pelayanan Gereja CHCTCH Bogor berkembang pada pealyanan di rumah Penjara (Lembaga Pemasyarakatan) di Jalan Paledang, Bogor, yang hasilnya pernah dilakukan Baptisan Kudus bagi narapidana oleh Pdt. Anggasuryadi. 

    Setelah jemaat makin berkembang, dirasakan perlunya mempunyai sebuah gedung pertemuan yang berguna bagi kegiatan-kegiatan jemaat, maka dibangunlah Gedung Pertemuan (Aula) di samping gedung gereja CHCTCH Bogor.

Dari segi organisasi , di awal periode ini, Konferensi Jakarta Chu Hui, memutuskan perubahan nama JAKARTA CHU HUI menjadi SINODE GEREJA KRISTUS yang bertempat di Jakarta. Dan Nama GEREJA GHUNG HUA CHI TUH CHIAO HUI menjadi  GEREJA KRISTUS. Seiring dengan pergantian nama ini, maka Badan Pengurus Bagian juga mengalami perubahan nama menjadi BP Pemuda, BP Wanita dst. 

    Dalam kebersamaan dengan gereja lain, pada Oktober 1959 Gereja Kristus Bogor mendapat kepercayaan untuk melaksanakan Convent Rohaniwan VI (para Pendeta dan Guru Injil) se-Indonesia. Yang berlangsung di Aula Gereja. 

Kesadaran untuk meregenerasi tenaga rohani untuk menunjang palayanan kedepan diwujudkan mengirim Sdr. Tan Eng Biauw (Eli Tanya) ke Sekolah Tinggi Telogi Jakarta, atas beasiswa Jemaat, pada pertengahan periode ini. Dan kemudian menjelang akhir periode, Jemaat juga mengirim Sdr. Oey Hoa Seng (Rudy Wirian) untuk studi Teologi di Institut Injil Indonesia, Batu – Malang, dengan beasiswa jemaat.

    Persis pertengahan periode ini, Pos Gereja di Cicurug, ditingkatkan menjadi Jemaat Gereja Kristus Cicurug. (hanya pada tahun 1967, jemaat ini menggabungkan diri dengan Sinode Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat).

    Perhatian dan kepedulian pada anggota jemaat yang lemah secara ekonomi dinyatakan dengan didirikannya perumahan bagi anggota diakonia di Jalan Sukamulya, atas prakarsa dan persembahan Sdr. Tan Koan Hong. 

        Di akhir periode ini, diwarnai dengan perubahan tenaga rohani yang ada, yaitu: Pdt. Anggasuryadi (Ang Soen Kauw), pindah ke Jemaat Gereja Kristus Kebayoran Lama dan melayani di sana. Untuk mengisi kekosongan ini, Pdt. Elisha Tjahjadi menjadi pendeta konsulen di jemaat Bogor. Dan setelah menyelesaikan studinya, Sdr. Eli Tanya STh. Diteguhkan sebagai Guru Injil Jemaat Bogor. Dan dalam rangka mempersiapkan lagi regenerasi rohaniwan, maka Jemaat mengirim ladi Sdr. Thomas Arianto (Lie Tjeng Liang) untuk studi ke Institut Injil Indonesia Batu – Malang.

    Untuk menangani pekerjaan administrasi dan arsip-arsip gereja guna menertibkan data keanggotaan  maka diangkat tenaga Tenaga Tata Usaha, yaitu Sdr. Petrus Sutanya (Tan Eng Sioe)



  1. Tahun 1966 – 1975

Pada periode ini terjadi penambahan tenaga rohani yang cukup signifikan yaitu dengan masuknya tiga orang saudara yang telah menyelesaikan study teologinya atas beasiswa Jemaat. Ketiga saudara tersebut adalah Sdr. Jose Abdi  dan Sdr. Robert Wirian dari Sekolah Tinggi Teologi Cipanas, dan Sdr. Thomas dari I-3 Batu Malang. Dan mereka bertiga ditahbiskan sebagai Guru Injil bersama-sama menjelang akhir peiode ini. 

Disamping itu Majelis Jemaat juga mempersiapkan dan sekaligus meningkatkan SDM rohaniwan dengan mengirim  Nitya S. Ongkodharma ke STT Cipanas dengan beasiswa jemaat, dan kemudian melanjutkan studinya ke  Melbourne Bible Institute, Armadale – Victoria, Australia. Dan Guru Injil Eli Tanya melanjutkan studi ke U.S.A selama setahun. Kemudian setelah itu ia diangkat menjadi dosen  di STT Cipanas. Disamping dua rohaniwan yang lebih dulu melayani yaitu G.I. Rudy Wirian  dan Pdt. Elisha Tjahjadi. Diakhir periode ini G.I. Rudy Wirian melayani di Gereja Kristus Cibinong. 


Perkembangan dan pertumbuhan jemaat pada periode ini adalah: pada awal periode Pos gereja di Cibinong, atas permohonan panitia kemandirian yang diketuai oleh Sdr. Solaeman Bone dan sekretarisj Sdr. Tahir Marji,  diresmikan menjadi Gereja Kristus Cibinong. Seiring dengan itu, dilakukan penahbisan atas Pdt. Anggasuryadi menjadi gembala jemaat Gereja Kristus Cibinong. 

Dari sisi puji-pujian gerejawi terjadi perkembangan dengan terbentuknya Paduan Suara Efrata sebagai paduan suara pertama di jemaat Bogor. Demikian juga dengan media komunikasi dan penghubung warga jemaat, diterbitkan Media Penghubung Jemaat "DIAN"  yang terbit setiap 2 bulan sekali, dengan staf redaksi yang diketuai G.I. Jose Abdi dan  G.I. Thomas Arianto

Pada periode ini mulai dibentuk sector-sektor, dan tiap sektor didampingi seorang anggota majelis. Dan untuk pertama kalinya, pada tahun 1970, mulai diadakan Camp Remaja atas prakarsa Sdr. Robert Wirian yang pada waktu itu menjalani praktek jemaat sebagai mahasiswa STT Cipanas.

Untuk melayani saudara-saudara seiman dari luar negeri yang berbahasa Inggris, pada pertengahan periode ini diselenggarakan kebaktian berbahasa Inggris sore hari, EVENING ENGLISH SERVICE yang kemudian berkembang menjadi Kebaktian III berbahasa Inggris, Warta jemaat mulai dicetak (stensilan) dan dibagikan kepada anggota jemaat dalam ibadah setiap minggu.



  1. Tahun 1976 – 1985

Periode ini diawali dengan penambahan dua tenaga pendeta (Pdt. Thomas Arianto dan Pdt. Jose Abdi) disamping pendeta yang sudah lebih dulu melayani yakni, Pdt. Elisha Thajadi. Pada pertengahan periode ini bertambah pula dengan seorang tenaga pendeta atas diri sdr. Robert Wirian. Lalu diakhir periode ini, jumlah tenaga rohaniwan berkurang satu dengan pengunduran diri Pdt. Thomas Arianto. Tidaklah berlebihan bila dikatan bahwa dalam hal ketenagaan pendeta Gereja Kristus Bogor merupakan perintis di lingkungan Sinode Gereja Kristus yang berani mempercayakan tugas kepemimpinan dalam pelayanan gereja kepada tenaga-tenaga muda. Hal ini dimungkinkan karena tekad dan upaya majelis jemaat pada waktu itu untuk "melahirkan" pendeta-pendeta muda yang telah demikian lama tidak terjadi di lingkungan Sinode Gereja Kristus. 

    Pertambahan jumlah tenaga pendeta ini, memungkinkan jemaat untuk lebih meningkatkan diri dalam persekutuan , pelayanan, dan kesaksiannya. Bukan hanya pelayanan di dalam jemaat tetapi juga pelayanan ke luar. Mulai mendapatkan perhatian yang cukup besar. Ini terbukti dengan peran serta jemaat melalui tenaga-tenaga pendetanya di lingkungan sinode Gereja Kristus dan di lingkungan Persekutuan-persekutuan Gereja-gereja setempat. Demikian juga perluasan pelayanan di tengah masyarakat mulai bertumbuh. Ini ternyata  dengan didirikannya Yayasan Pelangi Kasih, yang diarahkan untuk melaksanakan pelayanan gereja dalam pelbagai bidang yang bersifat social-kemasyarakatan.

    Penataan di bidang administrasi dan organisasi gereja juga mendapat perhatian yang serius. Hal ini tampak dengan penambahan jumlah piƱata usaha dan pergumulan dalam perubahan dan perbaikan struktur organisasi gereja. Pembenahan dilakukan karena kesadaran bahwa  sarana yang baik dapat mendukung pelayanan yang lebih baik. Dan struktur organisasi yang baik dapat meningkatkan kelancaran dalam interaksi dan kerja sama antar semua unsur pelayanan jemaat. 

    Penumbuh-kembangan kuantitas dan kwalitas pelayanan dan pelayanan jemaat pun mendapat perhatian yang besar. Hal ini tampak dalam usaha-usaha pembinaan melalui pelbagai kegiatan dan latihan-latihan para pelayan yang terlibat dalam pelayanan Gereja Kristus Bogor.


  1. Peride 1986 – 1995

Periode ini diawali dengan pengemeritasian seorang pendeta (Pdt. Slisha Tjhajadi) dan masuknya dua tenaga baru yang telah menyelesaikan pendidikan teologi yakni, sdr. Ervin Koesnoto Sm.Th. dan sdr. Hendrawan Saputra S.Th. pada medio tahun 1995 ini, Majelis Jemaat – dalam rangka pengkaderan tenaga rohaniwan baru untuk membantu pelayanan yang ada – telah menerima sdr. Stanley Tjahjadi S.Th. M.A. sebagai calon pengerja. Di samping itu Majelis Jemaat juga mempersiapkan satu calon pengerja  lainnya. (sdr. Handri Rusli) untuk studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Pergumulan untuk meningkatkan diri dalam persekutuan, pelayanan, dan kesaksian gereja terus berlanjut. Sementara memelihara dan menjaga irama pelayanan serta mengembangkan gagasan atau ide pada periode sebelum ini, gereja diperhadapkan kepada tantangan-tantangan baru dalam pelayanan sejalan dengan perubahan-perubahan yang demikian cepat terjadi dalam gereja dan masyarakat. Sekalipun dengan berkurangnya dua tenaga pendeta Pdt. Thomas Arianto dan Pdt. Elisha Tjahjadi) dan tenaga-tenaga baru masih dalam penyesuaian diri mengikuti irama pelayanan yang sedang berkembang  dan sedang menggeluti bidang pelayanan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing, yang membawa pengaruh yang tidak kecil  dalam pelayanan jemaat secara keseluruhan, namun usaha-asaha peningkatan terus diusahakan dan dilaksanakan. 

    Di bidang persekutuan, diusahakan pertambahan jumlah anggota yang hadir dalam tiap kegiatan . Dan untuk peningkatan pengenalan dan persekutuan warga jemaat satu dengan yang lainnya, yang tersebar dipelbagai tempat, dibentuklah Badan Pengurus Wilayah (sekarang ini ada 12 wilayan pelayanan). Demikian juga di bidang oikumene dan kemasyarakatan, pembinaan warga jemaat dan seluruh pranata pelayanan, serta bidang pelayanan sosial, mengalami peningkatan. Dan untuk menunjang serta mendukung semua kegiatan yang ada dalam jemaat, sarana dan prasarana pun mengalami perbaikan dan peningkatan. 

    Sekalipun masih banyak yang perlu dibenahi, diperbaiki dan ditumbuh-kembangkan, namun dapat dikatakan bahwa periode ini merupakan periode pemantapan untuk melangkah lebih jauh ke muka. Pergumulan dan perjuangan serta tantangan di masa depan pasti akan lebih banyak dan lebih bervariasi, tetapi dengan berpegang teguh kepada kesetiaan Tuhan akan janji-Nya, kiranya kita semua terus setia menjalankan tugas panggilan-Nya sebagaimana yang Tuhan kehendaki.


  1. Periode 1996-2005

Periode ini diawali dengan penambahan satu tenaga rohani baru, yakni Sdr. Handri Rusli,  setelah menyelasikan studinya di STT Jakarta. Kemuadian disusul dengan masuknya Sdri Kartika Diredja (STT-J), Pnt.K. Wasis Suseno (mutasi pelayanan dari GK Kebayoran Baru) dan Sdr. Joubert Koroh (STT-J). Periode ini mungkin dapat dikatakan sebagai peiode penambahan tenaga rohani terbanyak dalam sejarah Gereja Kristus Bogor. 

Di awal dan menjelang akhir dari periode ini terjadi penambahan dua tenaga pendeta dan sekaligus berakhirnya masa pelayanan dua orang pendeta, yakni dengan penahbisan Pnt. K. Stanley Tjahjadi menjadi pendeta dan sekaligus pengemeritasian Pdt. Robert Wirian dalam satu kebaktian yang sama. Demikian juga di akhir periode ini, dilakukan penahbisan Pnt. K. Handri Rusli menjadi pendeta jemaat menyambut berakhirnya masa pelayanan Pdt. Jose Abdi dalam satu ibadah penahbisan dan emeritasi yang sama. 

        Perkembangan dan pertumbuhan jemaat pada periode ini diwarnai dengan dibukanya beberapa ladang pelayanan yang baru, seperti: Kelas Pembinaan Pranikah, Persekutuan Pasangan Suami-Istri (Pasutri), dan Persekutuan Kaum Bapak. Ketiga hal ini adalah salah satu bentuk perhatian dan kesadaran Rohaniwan dan Majelis akan pentingnya pembinaan iman dan kerohanian warga jemaat dalam kehidupan keluarga masing-masing. Karena pertumbuhan iman yang sehat dalam keluarga akan menunjang gereja yang sehat pula. Sedangkan untuk memperlengkapi warga jemaat dalam pelayanan di gereja dan kesaksiannya ke luar, maka dibuka kelas Pembinaan Teologi Jemaat (PTJ),  dan Perpustakaan Jemaat, melalui kedua hal ini diharapkan jemaat dapat bertumbuh dalam wawasan dan pemahaman imannya yang lebih dewasa lagi. Selain itu jemaat juga diperlengkapi dengan buku renungan harian "Saat Teduh" yang dibagikan kepada seluruh warga jemaat pada setiap edisinya. Dan untuk membina kesadaran bersinode, bergereja dalam lingkup PGIS dan BKSG Bogor, serta kebersamaan sesama warga jemaat sendiri, maka diterbitkan Bulletin "SYALOM" sebagai sarana kebersaan tersebut, sekalipun waktu penerbitan bulletin ini belum  secara berkala. Dari warga jemaat sendiri, karena kebutuhan, terbentuklah suatu persekutuan para janda yang diberi nama "Persekutuan Naomi". 

    Selain adanya hal-hal baru tersebut, pembenahan dalam bidang pelayanan yang telah ada terus dilakukan dengan mereorganisasi BP Perwilayahan dan BP Pelawatan. Pentingnya tenaga rohani kategorial dan non kategorial pada BP Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, PPG  dsb. Mulai coba diterapkan dan dipikirkan ulang kesinambungannya.

    Dari perkembangan jumlah anggota dan kehadiran dalam peribadahan, tanpa disadari telah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan pada periode ini. Hal ini ditunjukkan dengan dibukanya tiga ruang kelas YPK pada setiap ibadah Minggu menjadi ruang ibadah untuk warga jemaat yang tidak tertampung lagi dalam ruang ibadah utama. Dan dibukanya Ibadah III di sore hari. Perkembangan juga terlihat dengan peningkatan status ibadah di Jalan Kartini menjadi ibadah Pos Gereja Kartini, yang dilakukan di pagi hari. Dan peningkatan Pos Gereja Ciampea menjadi Bajem Ciampea (bakal jemaat dewasa), yang ditargetkan pada tahun 2006 akan menjadi Jemaat Gereja Kristus Ciampea. Segala persiapan untuk mendukung kemandirian Bajem ini telah dilakukan, baik pembangunan gedung ibadah yang permanent, pembenahan organisasi maupun pembinaan SDM yang ada.

    Kiprah dan pelayanan jemaat ke luar, pada periode ini bertambah dengan dibukanya pelayanan kesehatan untuk masyarak dengan biaya murah, dengan adanya 'Klinik Pelangi Kasih". Hal ini lebih melengkapai pelayanan ke luar Gereja Kristus Bogor  yang sebelumnya telah dimulai dengan sekolah TK dan SD Pelangi kasih yang telah ada terlebih dahulu.

    Kesadaran akan pentingnya arah dan tujuan dalam perkembangan dan pertumbuhan hidup bergereja, di akhir periode ini mulai  muncul, yaitu dengan dirumuskannya visi dan misi Gereja Kristus Bogor, "GEREJA SEBAGAI CITRA DAN MITRA ALLAH". Dan untuk mengaplikasikan dan mencapai visi dan misi ini, rohaniwan dan Majelis Jemaat mulai memikirkan grand strategi perkembangan jemaat ke depan dan goal setting dalam setiap tahun anggarannya. Sekalipun harus diakui, bahwa visi dan misi yang ada ini belum menjadi visi dan misi bersama seluruh jemaat, sehingga belum menjadi jiwa yang menggerakkan dan merasuki seuluh program kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh warga jemaat. 

    Pada pertengahan dan menjelang akhir periode ini, tenaga rohani berkurang dengan diutusnya Pdt. Stanley Tjahjadi untuk melayani di Sinode secara purna waktu dan dengan pengunduran diri Ny. Kartika Direja dari pelayanan sebagai rohaniwan untuk memfokuskan diri dalam pelayanan pendidikan agama Kristen di sekolah.




REFLEKSI


Memerhatikan sejarah perkembangan Jemaat Gereja Kristus Bogor dari sejak berdirinya sampai usia 70 tahun saat ini, dapat dikategorikan menjadi tiga tahap pertumbuhan, yaitu:


  1. Tahap membina dan memperlengkapi diri.Pada tahap ini terlihat dengan jelas bahwa pertambahan jumlah anggota jemaat terjadi seiring dengan bertambahnya jenis pelayanan gereja. Semula kegiatan hanya Ibadah Umum Minggu, kemudian bertambah dengan Sekolah Minggu, Persekutuan Wanita, Persekutuan Pemuda, Pelayanan P.I., Pelayanan BUK, Pelayanan Diakonia, dst. Dengan bertambahnya jumlah kegiatan jemaat ini maka kesempatan bagi anggota jemaat untuk melayani pun makin terbuka lebar. Pelayanan bukan hanya memonopoly rohaniwan dan majelis saja tetapi juga untuk para anggota jemaat. Dengan demikian, jumlah para aktifis yang melayani pun bertambah dan semakin banyak jumlahnya. Pembinaan-pembinaan untuk memperlengkapi para aktifis pun dilakukan untuk menunjang dan memperlengkapi anggota jemaat yang melayani.


  1. Pertumbuhan pada tahap kedua, adalah pertumbuhan dalam kesadaran bahwa Gereja Kristus Bogor bukanlah satu-satunya gereja di dunia ini, ia adalah bagian yang tak terpisahkan dari  Gereja Tuhan Yang Esa dan  ia adalah bagian dari Tubuh Kristus di dunia ini. Kesadaran ini terlihat dengan keterlibatannya dalam kehidupan bersinode, dengan Persekutuan Gereja-gereja Tionghoa, dan dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), yang tentunya juga merupakan bagian dari gereja-gereja di dunia. 


  1. Tahap ketiga adalah pertumbuhan kea rah perhatian dan kepedulian kepada dunia luar, masyarakat di sekitar gereja, bahkan bagi bangsa dan Negara Indonesia. Pada tahap ini gereja bukan saja sibuk melayani diri sendiri (mencari jiwa-jiwa baru, kesibukan sebagai aktifis pengurus bagian, pelayanan diakonia untuk anggota dsb.), dan sibuk menjalin hubungan dengan gereja-gereja lain saja, tetapi juga mulai mengarahkan perhatian dan pelayanannya ke luar, ke tengah-tengah masyarakat, di mana gereja ada dan hadir. Hal ini terlihat dengan jelas melalui pelayanan bidang pendidikan dengan Sekolah Pelangi Kasih, melalui pelayanan kesehatan masyarakat dengan donor darah per triwulan dan Klinik Pelangi Kasih dengan biaya murah untuk masyarakat umum. Tak dapat disangkal, bahwa masyarakat di sekitar gereja sedikit atau banyak telah merasakan manfaat hadirnya Gereja Kristus Bogor di sekitar mereka. 


Tak berlebihan melalui teropong sejarah perjalanan gereja kita ini, kita dapat mengatakan bahwa gereja Kristus Bogor adalah gereja yang bertumbuh.



Namun, meskipun demikian bila kita mau jujur, kita dapat mengevaluasi bahwa pertumbuhan dan perkembangan gereja selama 70 tahun ini adalah pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara alami saja. Artinya pertumbuhan dan perkembangan selama ini adalah pertumbuhan dan perkembangan  yang mengalir atau berjalan begitu saja bukan karena adanya suatu  tujuan yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan yang terumuskan dengan baik maka Perkembangan dan pertumbuhan gereja menjadi sulit untuk dievaluasi dengan baik karena tidak ada ukuran atau patokan untuk mengevaluasinya. Selain itu juga  program-program dan anggaran yang dibuat tidak akan pernah terfokus pada satu sasaran tertentu yang hendak dicapai. Hal ini terlihat dengan jelas misalnya;

  • Selama 70 tahun ini tidak ada program perekrutan tenaga rohani yang terencana dan bersinambung dengan memperhatikan jumlah rohaniwan yang ideal sebanding dengan jumlah anggota jemaat yang ada. Dan ketika mencapai jumlah ideal, lalu regenerasinya bagaimana, kapan seorang pendeta harus emeritus dan kapan yang baru harus sudah masuk dsb.

  • Dalam pembinaan kepada warga jemaat, ( "apa yang hendak dicapai?" sehingga program-program tersusun dengan baik untuk mencapai tujuan itu.

  • Demikian juga dalam pelayanan ke luar ( "dalam rangka apa dan untuk apa?" sehingga ketika kita berada di luar, baik dalam keterlibatan dengan sesama gereja lainnya maupun dalam pelayanan kepada masyarakat umum, kita tidak kehilangan arah dan jati diri, siapakah kita ini.


Akhirnya, untuk dapat terus bertumbuh sebagai gereja Tuhan di tengah-tengah dunia sekarang ini dan esok, kita harus berhenti dulu sejenak. Untuk apa? Untuk bersyukur kepada Tuhan dan berkata, "Sampai di sini Tuhan telah menolong kita. Selama 70 tahun sudah Tuhan menyertai kita dengan segala berkat-Nya. Dan dalam perhentian ini, kita beristirahat dan mengkonsolidasi diri, dengan menengok ke belakang, mengetahui di mana kita berada kini, dan melihat serta menentukan arah perjalanan kita ke depan, dengan merumuskan visi dan misi yang jelas. Visi dan Misi yang harus menjadi pergumulan dan kerinduan bersama, dipahami dan dimengerti bersama oleh seluruh jemaat, bukan hanya segelintir orang saja. Sehingga Visi dan Misi itu menjadi visi dan misi yang "MENGGETARKAN", "MENGARAHKAN", dan "MENGGERAKKAN" kita untuk mencapai suatu tujuan. Kiranya Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja, selalu menolong kita dengan berkatnya.


-=oo0oo=-



*) Pdt. Handri Rusli, untuk Buku Peringatan 70 Tahun Gereja Kristus Bogor. (Perum Indraprasta, Jl. Arimbi 5 No 4 Bantarjati - Bogor, 1 Desember 2005)