Translate

20191101

BELAJAR MEMPERCAYAI ALLAH DI MASA PENANTIAN

(Habakuk 1:1-4; 2:1-4)

Banyak film yang kita tonton kisahnya berakhir dengan baik dan bahagia atau
"happy ending". Tetapi realita kehidupan yang kita jalani tidak selalu berakhir dgn
indah. Hal inilah yang sedang dialami dan dikeluhkan oleh nabi Habakuk di tengah umat Yehuda yang hidup dalam kejahatan (Hab 1: 2-4).
Ia berseru kepada TUHAN, "Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak
Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman?

Jawaban TUHAN mencengangkan Habakuk. TUHAN akan menghukum Yehuda melalui orang-orang Kasdim (ayat 5-11). Dengan keperkasaan dan ketangkasan yang tiada banding, bangsa Kasdim dengan sombong akan melibas semua musuh mereka, termasuk bangsa Yehuda. Ini bukan jawaban yang diharapkan Habakuk.
Sulit bagi Habakuk untuk melihat TUHAN memakai bangsa kafir yang jahat untuk
menegakkan keadilan di tengah-tengah umat-Nya sendiri (ayat 13). Yehuda
memang berdosa dan lalim, tetapi menurut Habakuk, orang Kasdim jauh lebih jahat dari Yehuda. Bukankah mereka bangsa yang tidak mengenal TUHAN. Di manakah keadilan TUHAN? Di tengah kebingungan itu, Habakuk yang masih percaya akan keadilan TUHAN menantikan jawaban-NYA, sehingga ia berkata, "Aku mau berdiri di
tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan
menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan
dijawab-Nya atas pengaduanku" (Hab 2:1). Jawaban TUHAN harus dinantikan
dengan iman karena keadilan TUHAN akan ditegakkan pada waktunya (Hab 2: 2-3).

Banyak hal kita tidak mengerti tentang kehidupan ini, dan banyak pertanyaan
mengenai kehidupan tidak kita dapatkan jawabannya, namun belajar dari Habakuk
kita diingatkan untuk sabar dan tetap percaya bahwa TUHAN tahu segalanya dan keadilan-Nya akan dinyatakan kepada kita. Orang yang setia dengan imannya pasti akan diselamatkan sedangkan bagi mereka yang jahat dan tidak bertobat pasti mendapat hukumannya (Hab 2: 4). 

Akhirnya bersama Habakuk, dengan iman kita dapat berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba
terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku"
(Hab 3:17-18).

HR (Renungan Warta GKB, 03.11.2019)