Translate

20100201

GAYA HIDUP MENGHAMBA

Markus 10:35-45

Kita mungkin pernah pernah mendengar ungkapan secara spontan yang diucapkan seseorang demikian, “Wah..... hebat, sekarang dia sudah jadi ‘orang’.  Artinya menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya atau istilah yang lain: sudah menjadi orang besar.

“Orang besar” yang dimaksud oleh orang-orang kebanyakan adalah orang-orang yang berhasil dalam pendidikan, kekayaan, menduduki jabatan tinggi di perusahaan, di masyarakat dan apa lagi di pemerintahan/negara.
Bukankah kita juga akan terpesona bila melihat seorang sahabat kita yang berhasil; entah ia berpendidikan tinggi – S3 misalnya, entah ia kaya raya, atau ia menjabat menteri dalam pemerintahan kita. à ketika kita berjumpa dengan dia, mungkan kita pun secara spontan berkata: “wah .... hebat kau, sudah menjadi orang besar.

Setiap orang dalam hidup ini pasti menginginkan untuk menjadi “orang besar”
Atau mengharapkan orang-orang yang mereka kasihi untuk menjadi “orang besar”.  Itulah sebabnya para orangtua suka bertanya pada anak-anaknya:
“kalau sudah gede mau jadi apa?” (sekalipun tentu anak-anak belum memahami pertanyaan itu)


Tampaknya, kedua orang murid Yesus yang bernama Yakobus dan Yohanes pun tidak luput dari keinginan untuk menjadi “orang besar.”
Hal ini terungkap ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem (ayat 32).
Mungkin mereka berpikir bahwa di Yerusalem-lah  Yesus akan mendirikan kerajaan-Nya, dan akan memerintah sebagai raja Israel yang sudah lama dinanti-nantikan. Jadi bila Yesus telah menjadi raja, alangkah hebatnya bila bisa menjabat sebagai menteri-menteri-Nya yang utama.
Itulah sebabnya dalam perjalanan itu, cepat-cepat Yohanes dan Yakobus mengajukan permintaan kepada Yesus, katanya:
"Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."

Dari pernyataan mereka ini terlihat apa artinya menjadi ‘orang besar’ menurut mereka, ‘orang besar’ adalah orang yang memiliki jabatan atau menjadi pejabat pemerintahan atau pejabat  kerajaan.

Mendengar permintaan mereka, Yesus berkata: kamu ngerti ngak apa yang kamu minta?  
Kebesaran/kemuliaan itu harus ditempuh dengan jalan penderitaan/pengorban, hal ini diumpamakan oleh Yesus dengan istilah ‘meminum cawan dan dibaptis’ seperti yang Yesus terima.
Sekalipun mereka sanggup menempuh dengan jalan penderitaan/pengorbana, namun posisi yang mereka minta, Allah Bapa yang menentukan. Posisi itu tidak dapat diminta oleh siapa pun.

Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa ‘kebesaran/kemuliaan’ seseorang tidak datang melalui jabatan tertentu, apa pun jabatan itu; entah menteri, presiden, raja, pendeta atau penatua, dlsb.  
Semua jabatan itu tidak serta-merta menjadikan seseorang  sebagai ‘orang besar’.
Buktinya, banyak orang yang menjabat sebagai raja dan pembesar-pembesar di dunia ini tetapi perilakunya menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang berjiwa kerdil, yaitu dengan memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan kekerasan. Salah satu ciri ‘orang besar’ adalah berjiwa besar, dan orang yang berjiwa besar tidak akan merugikan siapa pun juga apa lagi sampai merugikan dan menindas orang kecil/rakyat jelata.
Sebagai contoh: apa yang pernah terjadi di Myanmar, ketika para biksu dan rakyat memprotes kebijakan pemerintah militer. Mereka di hadang oleh senjata dan ditembaki. 
Dalam peristiwa seperti itu, mana yang dapat disebut ‘orang besar’? Pemerintah militer atau para biksu?

Karena itu kata Yesus, “siapa yang ingin menjadi besar hendaklah ia menjadi pelayan, dan siapa yang ingin menjadi terkemuka/terpandang/terhormat hendaklah ia menjadi hamba bagi semuanya.” (ayat 43,44)

“kebesaran dan kehormatan” menurut yesus bukan datang dari sebuah jabatan tetapi dari kerendahan hati yang mendalam sehingga mau melayani sesama bahkan melayani sebagai seorang hamba.

Apa artinya melayani sebagai hamba?  
Artinya melayani dengan memberi diri, hidup dan seluruhnya. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (ayat 45).
Semua yang dikatakan Yesus ini telah dilakukan-Nya sebagai teladan bagi kita.

Dari renungan ini, sedikitnya kita dapat belajar tentang dua hal, yaitu:

1. Kebesaran
                Kebesaran dan kemuliaan tidak datang mengiringi begitu saja pada orang yang menjabat suatu jabatan baik dalam suatu perusahaan atau pemerintahan. Tetapi jabatan biasanya akan mengiringi orang-orang yang memiliki kebesaran jiwa atau orang yang berjiwa besar.
Dan ciri orang yang berjiwa besar adalah :
·         ia tidak akan mengejar jabatan/kedudukan tertentu dan tidak takut kehilangan jabatan atau kehormatan dan wibawanya,  melainkan ia akan rela merendahkan diri dan melayani. (seperti Yesus: Allah menjadi hamba – filp 2:1-8)
·         Orang yang berjiwa besar tidak akan merugikan orang lain, apa lagi orang-orang sederhana dan orang yang butuh pertolongan, melainkan justru membawa kebaikan bagi sesamanya.
·         Orang yang berjiwa besar tidak akan mengunakan kekerasan/atau cara-cara yang tidak patut dalam mempengaruhi orang lain, melainkan dengan hikmat, kasih, kebenaran dan ketegasan.

2. Melayani dan menghamba
                Menjadi besar dan terkemuka adalah hal yang diperoleh karena melayani dan menghamba.
Banyak orang ingin dianggap besar dan dihormati dengan cara menduduki jabatan tertentu, menggunakan kekerasan/senjata agar orang takut, pasang wajah ‘garang’ agar orang segan – seperti yang dilakukan banyak orangtua terhadap anak-anaknya, dsb.
Padahal kata Tuhan untuk menjadi besar dan terkemuka kuncinya adalah sederhana yaitu dengan melayani dan menghamba. Sepintas hal ini memang aneh, tapi sebenarnya dunia ini juga telah membuktikan kebenaran dari ucapan Tuhan Yesus, yaitu:
* Apa yang menyebabkan orang-orang tionghoa yang berdagang pada umumnya maju dan menjadi besar? 
adalah motto: ‘pembeli adalah raja’ sehingga harus dilayani dengan baik.

* Apa yang membuat BCA menjadi salah satu bank terbesar di negeri ini?
Karena Pelayanannya!
* Apa yang membuat gereja Tuhan berkembang menjadi besar ?
Jemaatnya yg hidup saling melayani.
* Apa yang membuat sebuah keluarga utuh, lestari dan bahagia?
 adalah anggota keluarganya yg saling melayani, saling merendahkan diri dan saling memaafkan serta saling menerima satu terhadap yang lain.
* Pemimpin yang disegani, dan suami serta ayah yang dihormati,  adalah mereka yang melayani dan memberi diri,  rela berkorban untuk orang-orang yang dipimpinnya dan untuk keluarganya.
Apa bila Anda, sebagai pribadi, keluarga, gereja bahkan bangsa ini, memiliki kerendahan hati, dan rela berkorban bagi keluarga (bagi suami, istri, anak-anak, dan bagi orangtua), bagi gereja, bagi bangsa ini dan bagi sesama maka kebesaran, kemuliaan dan kehormatan hidup tidak perlu Anda kejar karena semua itu justru akan mengiringi kehidupan Anda dan setiap orang yang berjiwa besar. 

Kiranya Tuhan menolong kita untuk memiliki kebesaran jiwa dengan kerendahan hati dan kerelaan berkorban bagi keluarga, gereja dan sesama. Amin.


Penulis: Handri Rusli 
(pernah disampaikan pd persekutuan wanita GKB, 12052009