Translate

20210305

Menjadi Gereja yang Sejati

Yohanes 2:13-22

Marah...  
Setiap orang pasti pernah marah,  dan setiap orang tentu boleh marah.
Tapi janganlah jadi pemarah  atau tukang marah, yang selalu marah terhadap apapun dan kepada siapa pun dan dalam situasi apa pun, karena kemarahan seperti itu hanya akan merusak diri sendiri dan orang lain di sekitar.  
Bila marah, marah lah pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat,  dalam situasi yang tepat, kepada orang atau sesuatu yang tepat, dan demi untuk kebaikan dan kebenaran. Itulah yang dinamakan marah yang kudus, marah yang bukan asal marah. Jadi bila marah, kita harus tahu mengapa harus marah, kapan harus marah kepada siapa harus marah.

Itulah kemarahan yang dilakukan Yesus dalam kisah yang kita baca hari ini. Ketika Yesus datang ke Yerusalem dan masuk ke dalam bait Allah, Ia mendapati di pelataran bait Allah ada para pedagang lembu, kambing domba, dan burung merpati serta para penukar uang. Melihat hal itu Yesus membuat sebuah cambuk lalu Ia marah menggulingkan meja-meja penukar uang dan mengusir orang-orang yang berjualan di sana. Karena kata-Nya bahwa bait Allah bukanlah tempat untuk berjualan tetapi tempat untuk beribadah. 
Melihat hal itu murid-murid-Nya teringat sebuah firman dalam Mazmur 69: 10 yang tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."   

Kisah ini hendak mengingatkan bahwa kemarahan Yesus bukan asal marah, dan bukan marah untuk mencari-cari kesalahan orang, karena Dia bukan pemarah atau tukang marah. Bahkan, seluruh kitab Injil  mencatat bahwa Yesus hanya marah sekali saja, yaitu dalam kisah ini. 
Ia marah pada pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dalam situasi yang tepat kepada orang-orang yang tepat. Ia marah karena cinta-Nya kepada rumah Tuhan. Dan kecintaan-Nya akan rumah Tuhan tidak membiarkan rumah Tuhan disalahgunakan menjadi tempat berjualan, mencari keuntungan bahkan keuntungan yang tidak wajar, yang memperdaya para peziarah  yang hendak beribadah. Kecintaan akan rumah Tuhan membuat Yesus tidak dapat berdiam diri melihat praktek para Penyamun di rumah Tuhan itulah sebabnya Ia menjadi marah!

Rumah Tuhan yang Yesus maksudkan bukan sekedar tempat ibadah, tetapi juga tubuh-Nya sendiri yang akan mati dan bangkit kembali. Dan tubuh Yesus adalah gambaran dari geraja-Nya, yaitu umat percaya.

Bercermin dari Firman ini, lalu 
bagaimana dengan kita umat percaya? 
Apakah kita akan tinggal diam bila melihat ada banyak penyimpangan dan penyalahgunaan terjadi di rumah Tuhan, dalam gereja-Nya, dalam pelayanan, dalam kehidupan umat percaya, bahkan dalam diri kita masing-masing dengan hidup tidak seturut firman-Nya?

Kiranya Firman Tuhan menerangi hidup kita dan Roh Kudus menolong kita untuk melakukan Firman-Nya.
Selamat memasuki Minggu prapaskah ke-3, Tuhan Yesus memberkati! 

Amin.


HR, renungan warta gkb 07.03.202