Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Peribahasa ini mengajarkan kepada kita bahwa sesuatu yang baik, yang mulia, yang agung hanya bisa diperoleh melalui usaha, kerja keras dan perjuangan yang membuat kita menderita. Namun, saat ini banyak orang tidak menghiraukan pengajaran hikmat peribahasa ini dengan mencari jalan pintas dan instan untuk mendapat kesuksesan dan kemuliaan hidup.
Kepada orang bukan Yahudi yang datang kepada-Nya, Yesus mengajarkan hal yang hampir serupa dengan peribahasa tersebut di atas bahwa mengikut Yesus bukan hanya akan mendapatkan kemuliaan tetapi juga harus disertai kerelaan menderita. Yesus memberitahu bahwa telah tiba saatnya Ia dimuliakan melalui jalan kematian (ayat 23). Apa yang akan terjadi pada Yesus ialah seperti yang terjadi pada sebuah biji gandum yang harus "mati" ditanam untuk menghasilkan banyak biji gandum yang baru, bila tidak demikian gandum itu tetap satu biji saja (ayat 24). Yesus juga menjelaskan untuk itulah Ia datang ke dalam dunia ini, yaitu untuk memuliakan Allah dengan menderita dan mati disalib sehingga menghasilkan keselamatan bagi semua orang (:27). Siapa yang mau melayani Yesus ia harus mengikuti jalan yang sama dengan Dia, yaitu rela menderita dan mati untuk memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama (:26), karena orang yang rela menyerahkan hidupnya, akan memiliki hidup untuk selama-lamanya (:25).
Saudara, jika Yesus harus menderita dan mati untuk memuliakan Allah dan menyelamatkan kita, lalu apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan untuk memulian Dia dan menjadi berkat bagi sesama? Hanya dengan memberi hidup kita bagi Allah dan sesama, kita akan memperoleh kemuliaan bersama Kristus untuk selama-lamanya di surga.
Pdt. HR (Renungan Warta gkb, prapaskah-5, 2017.04.02)