Translate

20191122

KEKUASAAN KRISTUS MENGATASI SEGALA KUASA

(Kolose 1:15-23)


Banyak orang non Kristen sering mempertanyakan "Mengapa orang Kristen menyembah Yesus dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan?" Sebaliknya banyak juga orang Kristen yang ragu akan imannya kepada Kristus sehingga hidup kekristenannya suam-suam kuku bahkan kemudian meninggalkan imannya.

Nas Alkitab minggu ini mengajak kita untuk mengenal Kristus lebih lagi melalui pengajaran Rasul Paulus kepada jemaat Kolose. Paulus menegaskan tentang keutamaan Kristus dalam segala sesuatu dan dalam  kehidupan jemaat. 
Pertama, ia tegaskan bahwa, Kristus adalah yang utama dari seluruh ciptaan (15). Karena Dia adalah awal dari segala sesuatu (17) dan segala sesuatu yang ada di bumi dan yang ada di sorga, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan diciptakan oleh Dia dan untuk Dia dan Dia-lah yang memegang segala kuasa di bumi dan di sorga (16, Matius 28: 18). Sebagai yang utama dari seluruh ciptaan, Kristus adalah gambar Allah yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan karena seluruh keberadaan Allah berdiam dalam diri-Nya (19). Ia juga adalah gambar Allah yang sulung, ini berarti manusia yang diciptakan Allah menurut gambar-Nya hendaknya hidup mengacu kepada Kristus dengan meneladani Kristus yg hidup sebagai manusia.
Kedua, Kristus adalah yang utama dalam jemaat/gereja karena Kristus telah mendamaikan segala sesuatu yang telah jatuh dalam dosa dengan diri-Nya melalui kematian-Nya di kayu salib. Dan jemaat adalah orang-orang yang telah menerima pendamaian itu (20-22). Keutamaan Kristus dalam jemaat  adalah ibarat kepala dan jemaat adalah tubuh-Nya. Keutamaan itu juga dinyatakan bahwa Ia adalah yang sulung bangkit dari antara orang mati (18), artinya kelak jemaat pun akan mengalami kebangkitan seperti Kristus.
Dengan memahami keutamaan Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk bertekun dalam iman dan teguh dalam pengharapan kepada Kristus (23).

Belajar dari nas ini, sudahkah kita memahami dan mengenal Kristus sebagai yang utama dalam semesta, di bumi dan di sorga serta di dalam gereja? Dan sudahkah Kristus menjadi yg utama dalam kehidupan kita; pribadi, keluarga, pekerjaan dan pelayanan kita selama ini? Bila kita mengutamakan Kristus sebagai Tuhan, pemilik dan penguasa hidup kita maka hal itu akan kelihatan nyata di dalam sikap dan perbuatan kita. 


BILA KITA MENGUTAMAKAN KRISTUS DALAM HIDUP KITA,  MAKA HAL ITU AKAN KELIHATAN NYATA DALAM KATA, KARSA DAN KARYA KITA  

HR, (renungan warta GKB, 24.11.2019)

20191115

KONSEKUENSI HIDUP ORANG FASIK DAN ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN

Maleakhi 4:1-6


Bila ada kabar baik dan kabar buruk yang harus disampaikan kepada Anda, kabar mana yang hendak Anda dengar terlebih dahulu? Kabar baik atau kabar buruk? 

Pemberitaan akan datangnya Hari Tuhan oleh nabi Maleakhi adalah kabar baik sekaligus juga kabar buruk bagi umat yang mendengar. 
Apa itu Hari Tuhan? Hari Tuhan adalah Hari Penghakiman, dimana keadilan dan kebenaran Tuhan dinyatakan. 
Datangnya Hari Tuhan adalah kabar buruk bagi orang-orang yang hidup fasik, sombong dan jahat karena hari itu akan datang sebagai hari penghukuman yang tidak berbelas kasihan. Hari itu akan seperti perapian yang membakar jerami  hangus sampai ke akar-akarnya (Maleakhi 4: 1). 
Namun bagi orang-orang yang hidup takut akan Tuhan hari itu akan menjadi kabar baik yang membawa sukacita, keselamatan dan kemenangan. Hari itu akan datang seperti matahari yang terbit dengan kehangatan sinarnya yang membawa kesembuhan. "... Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang. Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, ...", demikian firman TUHAN yang disampaikan nabi Maleakhi (Maleakhi 4:2-4).
Agar Hari Tuhan itu menjadi kabar baik bagi umat, maka Sang Nabi mengingatkan umat agar hidup setia dan taat pada kebenaran firman-Nya dan hidup dalam pertobatan (Maleakhi 4: 5-6).

Dalam PB (Perjanjian Baru) Hari Tuhan mengacu pada Hari Kedatangan Kristus kembali. Hari itu digambarkan akan datang seperti pencuri di malam hari, tak terduga dan mengejutkan. Dan Hari itu akan menjadi hari penghukuman bagi mereka yang hidup dalam kegelapan (1 Tesalonika 5: 2-4), tetapi Hari itu akan menjadi hari yang membahagiakan bagi mereka yang hidup berjaga-jaga dalam pertobatan dan ketaatan melakukan firman-Nya (Wahyu 3: 3, 16: 15).

Bila Hari Tuhan itu datang kepada Anda, kepada kita SEKARANG! Apakah Hari itu akan membawa penghukuman atau keselamatan? Apakah akan menjadi kabar baik atau kabar buruk? Tentu kita, masing-masing tahu jawabnya!

HARI TUHAN ADALAH HARI PENGHAKIMAN BAGI ORANG FASIK DAN GEGABAH, TETAPI HARI KESELAMATAN BAGI ORANG YANG  SETIA DAN TAAT PADA FIRMAN-NYA.


  (HR, renungan warta gkb, 17.11.2019)


20191101

BELAJAR MEMPERCAYAI ALLAH DI MASA PENANTIAN

(Habakuk 1:1-4; 2:1-4)

Banyak film yang kita tonton kisahnya berakhir dengan baik dan bahagia atau
"happy ending". Tetapi realita kehidupan yang kita jalani tidak selalu berakhir dgn
indah. Hal inilah yang sedang dialami dan dikeluhkan oleh nabi Habakuk di tengah umat Yehuda yang hidup dalam kejahatan (Hab 1: 2-4).
Ia berseru kepada TUHAN, "Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak
Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman?

Jawaban TUHAN mencengangkan Habakuk. TUHAN akan menghukum Yehuda melalui orang-orang Kasdim (ayat 5-11). Dengan keperkasaan dan ketangkasan yang tiada banding, bangsa Kasdim dengan sombong akan melibas semua musuh mereka, termasuk bangsa Yehuda. Ini bukan jawaban yang diharapkan Habakuk.
Sulit bagi Habakuk untuk melihat TUHAN memakai bangsa kafir yang jahat untuk
menegakkan keadilan di tengah-tengah umat-Nya sendiri (ayat 13). Yehuda
memang berdosa dan lalim, tetapi menurut Habakuk, orang Kasdim jauh lebih jahat dari Yehuda. Bukankah mereka bangsa yang tidak mengenal TUHAN. Di manakah keadilan TUHAN? Di tengah kebingungan itu, Habakuk yang masih percaya akan keadilan TUHAN menantikan jawaban-NYA, sehingga ia berkata, "Aku mau berdiri di
tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan
menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan
dijawab-Nya atas pengaduanku" (Hab 2:1). Jawaban TUHAN harus dinantikan
dengan iman karena keadilan TUHAN akan ditegakkan pada waktunya (Hab 2: 2-3).

Banyak hal kita tidak mengerti tentang kehidupan ini, dan banyak pertanyaan
mengenai kehidupan tidak kita dapatkan jawabannya, namun belajar dari Habakuk
kita diingatkan untuk sabar dan tetap percaya bahwa TUHAN tahu segalanya dan keadilan-Nya akan dinyatakan kepada kita. Orang yang setia dengan imannya pasti akan diselamatkan sedangkan bagi mereka yang jahat dan tidak bertobat pasti mendapat hukumannya (Hab 2: 4). 

Akhirnya bersama Habakuk, dengan iman kita dapat berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba
terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku"
(Hab 3:17-18).

HR (Renungan Warta GKB, 03.11.2019)

20190528

TUGAS DIMASA PENANTIAN

Kisah Para Rasul 1:1-11

Di jaman serba instan dan cepat saat ini, adalah tidak mudah untuk menunggu dan bersikap sabar dalam menghadapi segala sesuatu dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan kehidupan rohani kita. Kita ingin Tuhan segera menjawab doa, segera menolong dan segera memberi jalan keluar dalam setiap persoalan hidup. Dan kita pun sering kurang sabar, tidak mau menunggu serta mempertimbangkan waktu yang tepat dalam melakukan ini dan itu dalam hidup dan pelayanan sehingga tidak membawa kebaikan pada akhirnya. 

Melalui Kisah Para Rasul 1:1-11, kita diingatkan bahwa Tuhan pernah   memerintahkan para murid untuk menunggu/menantikan Roh Kudus  yang akan datang menyertai mereka dengan kuasa sebelum mereka pergi untuk menjadi saksi-Nya di seluruh dunia sampai Ia datang kembali.

Dalam perikop ini ada dua hal yang dapat kita renungkan. Pertama, para murid diingatkan untuk tetap tinggal di Yerusalem menantikan janji Bapa bahwa mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus dan menerima kuasa untuk menjadi saksi-Nya (ayat 1-8). Masa penantian ini diisi dengan percaya dan berdoa sampai Roh Kudus dicurahkan pada para murid. Kedua, para murid diingatkan untuk menantikan kedatangan Kristus kembali (ayat 9-11). Masa penantian ini harus diisi dengan menjadi saksi-Nya di seluruh bumi sampai Ia datang kembali. Menjadi saksi Kristus baik dahulu mau pun kini, sering kali bukan perkara mudah bahkan nyawa menjadi taruhannya. Itulah sebabnya para murid  harus menunggu Roh Kudus memimpin dan menyertai untuk menjadi saksi-Nya.

Sejak Roh Kudus dicurahkan hingga saat ini sesungguhnya hidul kita dipimpin dan disertai oleh Roh Kudus dan bukan karena kuat dan hebatnya kita.  Firman ini juga mengingatkan  kita untuk tetap percaya pada hari kedatangan-Nya dan menantikan kedatangan-Nya itu dengan terus hidup menjadi saksi-Nya. Sudahkah kita menyadari ini dan menyaksikan Kristus  dalam hidup dan pelayanan kita?


KRISTUS YANG NAIK KE SURGA AKAN DATANG KEMBALI MEMBAWA KITA KE SANA, DAN ROH KUDUS MENOLONG KITA MENANTIKAN DIA KEMBALI DENGAN HIDUP MENJADI SAKSI-NYA


HR, Renungan Warta Jemaat GKB, 30.05.2019

20190524

DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS

Kisah Para Rasul 16:6-15

Bila kita memperhatikan tema renungan hari ini, mungkin ada diantara kita terbersit pertanyaan, "seperti apa dan bagaimana hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus itu?" 

Kisah Para Rasul 16:6-15, menceritakan kepada kita pengalaman hidup  pelayanan Paulus dan Silas yang  dipimpin Roh Kudus dalam memberitakan Injil ke Makedonia. Bermula dari perjalanan keliling dari kota ke kota untuk menyampaikan kepada jemaat-jemaat hasil persidangan para rasul di Yerusalem agar ditaati, mereka juga memakai kesempatan itu untuk memberitakan Injil ke provinsi Asia (wilayah kekaisaran Romawi) namun dikatakan "... Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia" (ayat 6), dan Roh Yesus tidak mengizinkan mereka masuk ke Bitinia (ayat 7). Akhirnya melalui sebuah penglihatan Paulus dan Silas menarik kesimpulan, bahwa Allah memanggil mereka untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di Makedonia (ayat 10). Maka mereka berangkat  Makedonia dan tiba di kota Filipi, kota perantauan orang Roma (ayat 12).  Di  Filipi setelah mecari dan menduga letak tempat ibadah Yahudi, akhirnya mereka berjumpa dengan Lidia yang menjadi percaya dan dibaptis dengan seisi rumahnya (ayat 13-15).

Dari kisah ini kita belajar bahwa Roh Kudus dapat memimpin kita dengan memberi kepekaan dan hikmat dalam menyikapi situasi-situasi yang kita hadapi dalam pelayanan. Melaui "halangan-halangan",  visi atau penglihatan, menarik kesimpulan dan menduga, semuanya dapat dipakai untuk mengarahkan kita melakukan misi sesuai rencana-Nya. Sehingga melaluinya Tuhan menuntun kita berjumpa dengan seseorang atau orang-orang yang dapat mendengar Injil dan diselamatkan. 


TUHAN DAPAT MEMAKAI SEGALA SESUATU YANG KITA ALAMI DALAM  HIDUP DAN PELAYANAN UNTUK MENGARAHKAN  KITA AGAR HIDUP SESUAI RENCANA-NYA.
 
HR, Renungan Warta Jemaat GKB, 26.05.2019

20190516

ANUGERAH KESELAMATAN ALLAH BERLAKU UNTUK SEMUA ORANG

(Kisah Para Rasul 11:1-18)


Setiap orang pasti butuh dan ingin selamat; selamat di rumah, selamat di perjalanan, selamat di tempat kerja, dan selamat di segala waktu dan tempat, bahkan selamat di akherat dengan kebahagiaan hidup yang kekal. Namun kadang kala bahkan mungkin sering kali kita bersikap egois soal keselamatan dengan menganggap  bahwa keselamatan itu hanya untuk kita, sehingga kita kurang menaruh perhatian dan peduli kepada orang lain yang juga butuh dan ingin selamat.

Inilah yang tercermin dalam Kisah Para Rasul 11:1-18 dimana orang-orang Yahudi Kristen menganggap bahwa anugerah keselamatan Allah dalam iman kepada Kristus hanya untuk orang Yahudi atau orang-orang yang bersunat saja (ayat 2, 3) sehingga mereka mempersoalkan Petrus yang datang menginjili bahkan membaptis Cornelius - seorang perwira Romawi - dan keluarganya di Kaisarea (lihat pasal 10).  Menjawab mereka Petrus menjelaskan bahwa hal itu terjadi atas prakarsa Allah yang menghendaki Cornelius dan keluarganya selamat (ayat 3-17).  Atas penjelasan itulah mereka memahami bahwa Allah mengaruniakan keselamatan bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk semua orang, dan semua bangsa (ayat 18). 

Perikop ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah menghendaki keselamatan yang dianugerahkan kepada kita di dalam Kristus bukan hanya untuk kita nikmati sendiri tetapi  juga untuk kita bagikan kepada setiap orang di sekitar kita, melalui kesaksian hidup yang memberitakan nama-Nya. Sudah kita menyadari panggilan ini? Dan Sudahkah panggilan itu kita hidupi dengan menjadi saksi-Nya dimana pun kita berada?


ALLAH MENYELAMATKAN KITA SUPAYA KITA YANG DISELAMATKAN BERSAKSI MEMBAWA KESELAMATAN-NYA KEPADA ORANG-ORANG LAIN YANG BELUM DISELAMATKAN.


(HR, renungan warta jemaat GK Bogor, 19.05.2019)



20190509

PERGI MENCARI YANG TERHILANG

Kisah Para Rasul 9:32-42


Dalam pelayanan sering dibicarakan ukuran keberhasilan sebuah pelayanan. Apa ukuran sebuah pelayanan dapat dikatakan berhasil atau gagal? Firman hari ini mengajarkan bahwa pelayanan yang berhasil adalah pelayanan yang membawa orang datang dan percaya kepada Tuhan. Dan pelayanan seperti ini hanya mungkin terjadi jika Tuhan dan kuasa-Nya dinyatakan dalam pelayanan yang dilakukan. 

Nas hari ini menceritakan dan mengajarkan kepada kita seorang Rasul Petrus yang dalam pelayanannya membawa banyak orang datang dan percaya kepada Tuhan ketika ia menyatakan Tuhan dan kuasa-Nya dalam pelayanan yang dilakukannya. 
Untuk memahami nas ini, kita akan melihat dan merenungkannya dari dua hal berikut:
1. Hamba yang MENYAKSIKAN Tuhan dan kuasa-Nya dalam pelayanan (34, 40-41). 
Dalam kunjungan pelayanannya ke jemaat di Lida dan Saron serta Yope, Rasul Petrus menyembuhkan Eneas yang lumpuh selama delapan tahun dengan berkata, "..., Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" (34) dan membangkitkan Dorkas  dari kematian dengan berdoa kepada Tuhan Yesus (40-41). Dengan perkataan dan doanya itu Petrus bersaksi bahwa yang menyembuhkan bukan dirinya dan bukan karena kuasanya melainkan Tuhan Yesus yang berkuasa menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas. Lewat 
 pelayanannya, Petrus menyaksikan bahwa Tuhan dan kuasa-Nya sanggup menolong orang yang membutuhkan pertolongan. 
Pada bagian ini, kita merenungkan jika Petrus dalam pelayanannya telah menyaksikan Tuhan dan kuasa-Nya, lalu bagaimana dengan Anda? Apakah hidup dan pelayanan Anda menyaksikan Tuhan dan kuasa-Nya? Atau hanya meyaksikan diri sendiri dengan segala kebanggaannya? Siapa sebenarnya yang sedang kita muliakan dalam pelayanan?  Tuhan atau diri sendiri?

2. Hamba yang membawa orang menjadi percaya kepada Tuhan (35, 42).
Pelayanan yang menyaksikan Tuhan dan kuasa-Nya akan membawa orang datang kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan serta kuasa-Nya. Itulah yang dilakukan Petrus dalam pelayanannya, sehingga dikatakan banyak orang berbalik dan percaya kepada Tuhan (Kis.9:35, 42). Bila hidup dan pelayanan kita memuliakan Tuhan maka kita akan membawa banyak orang datang dan percaya kepada Tuhan sebagai juru selamatnya. Apakah melalui hidup dan pelayanan Anda banyak orang datang kepada Tuhan? Atau justru malah meninggalkan Tuhan?!?

PELAYANAN YANG MENYAKSIKAN TUHAN DAN KUASA-NYA ADALAH PELAYANAN YANG MULIAKAN TUHAN SEHINGGA BANYAK ORANG AKAN MELIHAT DAN MENGALAMI TUHAN SERTA PERCAYA KEPADA-NYA. 


HR, (Renungan Warta Jemaat GK Bogor, 12.05.2019)

20190502

ANUGERAH YANG TAK DAPAT DITOLAK

(Kisah Para Rasul 9:1-22)

Sebuah perusahaan atau sebuah lembaga bila hendak merekrut karyawannya pasti mengharuskan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan, bila tidak maka akan ditolak. Lalu bagaimana Tuhan menjadikan kita anak-anak-Nya dan menjadi saksi-Nya? Adakah syarat yang harus kita penuhi atau semuanya hanya karena anugerah semata?

Melalui perikop yang kita baca hari ini, kita belajar memahami bahwa 
Tuhan dengan anugerah-Nya memilih dan mengubahkan hidup hamba-Nya untuk menjadi saksi yang memberitakan Nama-Nya. 
Hal ini nyata dalam kehidupan dari seorang yang bernama Saulus. Ia menerima anugerah Tuhan yang menyelamatkan hidupnya (ayat 1-9). Semula Saulus adalah orang yang sangat membenci Tuhan dan para pengikut-Nya. Namun dalam perjalanan ke Damsyik dengan tujuan untuk menganiaya dan membunuh serta menangkap para pengikut Tuhan, ia telah "ditangkap" Tuhan melalui sebuah penglihatan yang membuatnya bertobat dan percaya bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah.  
Melalui pertobatan itu, Saulus  mengalami anugerah Tuhan yang mengubah hidupnya (ayat 10-18) dari seorang yang sangat membenci Tuhan dan para pengikut-Nya menjadi orang yang setia mengikut Tuhan, mengandalkan Tuhan dan dipenuhi Roh Kudus. Selain itu Saulus juga mengalami anugerah Tuhan yang menjadikannya saksi (ayat 19-22) yang memberitakan keselamatan di dalam nama-Nya sekalipun ia harus menderita (15-16). 

Dari firman ini kita belajar bahwa siapa pun kita, betapa jahat dan kotor sekalipun, Tuhan dapat memilih kita, mengubahkan hidup kita dan menjadikan kita alat bahkan rekan sekerja yang memuliakan Nama-Nya dan menjadi berkat bagi sesama dan dunia. Dan itu semua bukan karena kebaikan kita tetapi karena anugerah-Nya semata.


ANUGERAH TUHAN YANG TELAH MEMILIH KITA DAN MENJADIKAN KITA ANAK-ANAK-NYA PASTI AKAN MEMAMPUKAN KITA JUGA MENJADI SAKSI YANG MEMBERITAKAN NAMA-NYA.   AMIN!


(HR, renungan warta jemaat GKB, 05.05.2019)

20190403

Saling Memperhatikan

- Ibrani 10: 19-26

Pendahuluan
* Bila kita perhatikan perbedaan ibadah kristen dengan umat agama lain.... (ibadah kristen itu simple, praktis gak ribet dan relatif lebih mudah  alias gak berat seperti agama lain)
* Seharusnya umat kristen lebih giat beribadah karena "mudah"nya tersebut, tapi ... apa benar begitu?

Sebaliknya banyak orang kristen menganggap enteng arti ibadah dan persekutuan kristen dengan hidup semaunya.

Melalui teks Ibrani ini kita belajar tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi ibadah dan persekutuan sebagai umat yg telah ditebus oleh Kristus.

Inti pesan dari teks yg kita baca adalah: 
Di dalam iman kepada Kristus jalan kepada Allah telah terbuka (Ibrani 10:19-21) karena itu kita dapat datang beribadah kepada-Nya dengan keyakinan teguh, hidup berpengharapan dan saling memperhatikan untuk saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik.

Dari pesan ini, ada 3 hal yg ditekankan, yaitu:

1. Karena jalan kepada Allah telah terbuka, maka ......
"Marilah kita beribadah/menghadap Allah" (Ibrani 10:22)

2. Karena jalan kepada Allah telah terbuka, maka ......
"Marilah kita hidup berpengharapan" (Ibrani 10: 23)

3. Karena jalan kepada Allah telah terbuka, maka ......
"Marilah kita saling memperhatikan..." (Ibrani 10: 24)

* saling memperhatikan = ..... (maksudnya apa?)
Harus jelas tujuannya, karena tanpa tujuan yg jelas "saling memperhatikan" bisa dibawa kemana-kemana...😆

* kata "supaya"  ~> menyatakan tujuan dari saling memperhatikan itu.
(Ibrani 10: 24)

Yaitu supaya ...
~> saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik (24)
~> saling menasihati jangan malas beribadah tetapi rajin dan giatlah beribadah (25)
~> dan agar jangan berbuat dosa lagi (26)

Jadi "saling memperhatikan" adalah upaya untuk sama-sama bertumbuh sebagai umat Allah di dalam iman kepada Kristus yg telah membuka jalan kepada Allah itu.

Sehingga pertumbuhan iman berjalan seiring dengan pertumbuhan kasih kepada sesama (saling memperhatikan).
Jalan kepada Allah yg telah terbuka  seharusnya juga membuka jalan kepada sesama yg lebih baik.

Ilustrasi:
* Dalam pemerintahan yg bersih dan berwibawa maka jalur komunikasi dengan pemerintah pusat telah terbuka dimana masyarakat boleh mengkomunikasikan apa yg terjadi di tengah masyarakat. 
~> sehingga masyarakat harus saling memperhatikan, saling mengawasi agar hidup dalam ketertiban. 

Aplikasi dan penutup.
* Dalam iman kpd Kristus hubungan kita dengan Allah telah dipulihkan, atau telah terbuka.  Dan itu berarti memulihkan juga hubungan kita dengan sesama, alam dan diri sendiri.
Sudahkan kita merespon pemulihan hubungan ini dengan baik? Yaitu dengan: ....
* Setia datang beribadah... bukan menjauhkan diri dari ibadah/pertemuan ibadah.
* Hidup berpengharapan kepada Allah dan janji2-Nya, sehingga tidak mudah menyerah dan berputus asa dalam hidup sekalipun sukar.
* Saling memperhatikan: untuk saling mendorong berbuat kasih dan segala pekerjaan yg baik, saling menasihati  agar tetap bertumbuh menjadi anak2 Tuhan yg setia dan hidup dalam kebenaran.

Sudahkah semua ini kita lakukan agar kita bersama2 bertumbuh di dalam iman kepada Tuhan dan berbuah dalam kasih dan pekerjaan baik kepada sesama?

Kiranya Tuhan menolong kita. 

AMIN!

(HR, Persekutuan Wilayah GKB, Maret 2019)