Yesaya 43:4 ; Yohanes 9:1-3
Segala sesuatu dalam hidup ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Itulah sebabnya terhadap satu peristiwa saja, setiap orang punya cara pandang tersendiri berbeda satu dengan yang lain. Contoh: bila kita melihat sebuah gelas berisi air setengah gelas, maka masing2 kita bisa punya pendapat yg berbeda:
Yang seorang bisa melihatnya sbg gelas yg berisi air setengahnya, sedangkan yg lain melihatnya sbg gelas yg setengah kosong....
Ketika Yesus dan murid-muridnya lewat dan melihat seorang yg buta sejak lahirnya (ay.1), muncul sebuah percakapan yg memperlihatkan ada cara pandang yg berbeda antara Yesus dan murid2Nya dlm melihat suatu realita, yaitu orang yg buta sejak lahirnya.
Mari kita lihat cara pandang mereka:
* Cara pandang murid-murid (ay. 2.)
- Melihat orang yg buta itu, Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"(ay. 2)
Mengapa murid2 bertanya demikian?
- krn orang2 Yahudi biasa menilai kehidupan rohani seseorang dari apa yg kelihatan, yaitu keadaan fisik atau kehidupan jasmaninya:
- orang yg sehat, makmur, sejahtera, penuh dgn keberhasilan, maka mereka menilai bhw hal itu adalah krn kerohaniannya baik, hidup sbg org yg soleh dan soleha. Demikian sebaliknya.
- Orang yg sakit, cacad, bangkrut dan terpuruk, maka itu krn dosa dan kerohaniannya yg buruk.
- Misalnya spt yg dialami oleh Ayub. Ketika seluruh harta benda Ayub ludes, anak2nya meninggal dan ia sendiri sakit parah, maka teman2nya datang...
Untuk apa mereka datang....? Menemani dan menghibur? Ya, mu ngkin pada mulanya, tapi yg terutama adalah untuk "memberitahu" (menghakimi) bhw itu semua terjadi pada Ayub adalah krn dosa2 yg pasti telah Ayub lakukan scr tersembunyi. Jadi mereka bukan menghibur, malah menghakimi.
- Sampai Pada jaman Yesus orang2 yg sakit kusta dipandang sbg orang yg najis (berdosa.)
- Itulah sebabnya dgn pandangan umum yg ada di masyarakat, maka ketika murid2 melihat orng yg buta sejak lahirnya, maka mereka menyimmpulkan pasti krn dosa. Tapi dosa siapa? Orang itu sendiri atau orangtuanya? Itulah pertanyaan mereka.
Menilai orang yg buta sbg akibat dosa adalah seperti orang buta yg menilai seperti apa gajah itu. Ia berkata bhw gajah itu seperti tali krn ia memegang buntutnya. Memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar.
- Memang Alkitab mengemukakan bhw dosa berakibat pada penderitaan bahkan maut (Roma 3:23), tetapi Alkitab jg menyatakan bhw tidak semua penderitaan adalah akibat dosa; spt yg dialami Ayub, Nabi Yeremia, stefanus dirajam, Paulus sakit duri dlm daging, dll. Bahkan karena iman percaya kita bisa menderita, cacad, bahkan dibunuh, spt kasus Ambon, Isis dll.
Saudara, cara pandang murid2 thd orang buta sejak lahir kerap kali menjadi cara pandang kita dalam menilai seseorang.
Ketika kita berjumpa dgn saudara2 kita, dgn orang2 disekitar kita; mereka yg cacad fisik atau mental sejak lahir, atau krn kecelakaan, atau krn sakit, mereka yg sakit menahun akibat strok misalnya, bahkan para lansia yg jompo, mereka yg sudah tdk berdaya scr fisik (difabilitas) ... terbersit di hati kita bertanya: dosa apa yg telah mereka lakukan shg mereka demikian?
Bahkan thd orang yg gagal dan mengalami kebangkrutan hidup kita menilainya jg krn dosa.
- Perlu disadari, ketika kita mempunyai pandangan seperti ini, maka akan mempengaruhi sikap kita thd orang2 seperti itu. Shg Kita tdk bisa menunjukkan simpati, empati yg tulus kpd mereka akhirnya kita hanya pura2 saja menunjukkan perhatian kpd mereka.
- Boro2 mau melayani, menghibur dan berbuat sesuatu u mereka, malah kita menghakimi dan mensyukuri sarta menjauhi mereka.
Ada banyak orang Kristen dan pendeta yg berpandangan dan berlaku spt murid2, shg ketika mereka datang mengunjungi sesamanya yg sakit atau dlm kesusahan mereka bertanya dosa apa yg telah diperbuat... kedatangannya bukan membawa damai sejahtera tapi menghilangkan damai sejahtera.....(kecuali memang jelas2 orang itu telah melakukan dosa)
Lalu bagaimana Yesus memandang hal ini?
* Cara pandang Yesus thd orang buta sejak lahirnya (ay. 3)
Ternyata cara pandang Yesus berbeda 180 derajat dgn cara pandang murid2Nya.
Melihat orang yang buta sejak lahirnya, dan menjawab pertanyaan murid2, Yesus berkata, bahwa bukan karena dosa dia dan bukan juga dosa orang tuanya, ia dilahirkan buta, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Yesus tidak menghubungkan secara langsung antara penderitaan, kemalangan, sakit penyakit, dan penderitaan lainnya dgn dosa.
Bagi Yesus, urusan dosa itu bukan urusan kita, manusia, untuk menilainya dan menghakiminya karena hal itu adalah urusan Tuhan. Tapi urusan kita adalah menyatakan kasih dan kepedulian yang Tuhan inginkan untuk kita nyatakan kepada orang itu.
Ketika berjumpa dgn orang yang sakit, cacad, mengalami musibah, kecelakaan dan orang2 menderita lainnya bukan saatnya membahas dan berdiskusi secara teologis dan mencari tahu mengapa orang ini begini, atau orang itu begitu menderita, dosa apa dan dosa siapa? Dlsbg.
Bagi Yesus perjumpaan itu adalah kesemptan, kesempatan untuk apa? Bukan untuk menghakimi atau mencari2 tahu kesalahan orang, tetapi ......
- kesempatan untuk berefleksi mencari kehendak Allah: apa yg Allah ingin saya perbuat bagi orang itu? Dan...
- kesempatan untuk berbuat, melakukan sesuatu sesuai kehendak Allah.
Itulah sebabnya Yesus katakan: ...
Yohanes 9:3-4
3 ... "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.
Lalu Yesus menyembuhkan orang buta itu.....
Yesus melayani orang buta itu, Yesus berbuat untuk orang buta itu, Yesus menyembuhkan orang buta itu, sehingga orang buta itu...
Mengalami kasih Allah, mengalami kepedulian Allah, mengalami damai sejahtera Allah, mengalami kesembuhan Allah. Sehingga ia dapat melihat terangnya dunia ini, terutama Terang Dunia yg sesungguhnya di dlm Yesus(ay. 5).
Dan akhirnya orang buta itu melihat dan mengenal Allah di dlm Yesus; bahwa Yesus adalah seorang nabi (ay. 17), orang yg datang dari Allah (ay. 33), Yesus adalah Mesias (ay. 35-38).
Ternyata pelayanan kasih dan kepedulian yg dilakukan Yesus itu membuat orang itu mengenal dan mengalami Allah di dalam hidupnya. Dan apabila akhirnya orang itu memilih untuk percaya kpd Allah di dlm Yesus.
Cara pandang Yesus ini, ibarat apabila kita diperhadapkan dgn orang yg mengalami kecelakaan dan terluka parah. Kebetulan terjadinya di depan gereja. Kemudian Orang banyak berkerumun, seorang Pendeta bertanya siapa yg salah? Salah orang itu atau salah yg menabrak?
- Seorang jemaat bertanya: agamanya apa? Kristen atau bukan?
- Seorang penatua (majelis) bertanya: Protestan atau Katolik? Dst. ...
-Tapi seorang ibu yg ada di tempat itu, tdk bertanya satu katapun, ia stop angkot, lalu ia menganngkat anak muda itu ke dalam angkot dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Shg anak muda itu tertolong jiwanya.
Saudara, seperti itulah yg dilakukan Yesus terhadap orang yg buta sejak lahir dan tentu juga terhadap semua orang yg menderita dan membutuhkan perhatian dan pertolongan.
- sbg para pengikut Kristus, hal seperti itu jg lah yg seharusnya kita lakukan terhadap mereka yg tdk berdaya dan membutuhkan uluran tangan untuk dapat menopang hidupnya.
- Dalam hidup ini, mungkin kita sedang atau akan diperhadapkan dgn orang2 ygg tdk berdaya, mereka itu adalah anak2, orang2 yg cacad fisik atau mental, orang yg sakit menahun krn stroke atau penyakit lainnya, para lansia dan jompo dan lain2,
- bagaimana kita selama ini memandang mereka dalam sgl keberadaannya? Apakah kita memandangnya dgn cara pandang murid2 Yesus yg menghakimi...?
Atau kita melihatnya seperti cara pandang Yesus? Ketika diperhadapkan dgn orang-orang yg tdk berdaya / difabel kita melihatnya sbg kesempatan mencari "apa kehendak Tuhan u sy lakukan bg mereka" dan kesempatan "melakukan kehendak Tuhan bagi mereka".
Melayani dan memperhatikan mereka dgn tulus, menghibur dan menguatkan, serta mendampingi mereka dgn penuh kasih sayang.
Dgn begitu mereka mengalami kasih Tuhan, perhatian dan kehadiran Tuhan dlm kehidupan mereka, shg mereka bisa mengenal Tuhan bila belum percaya, dan bg yg sdh percaya iman mereka semakin diteguhkan.
Saudara, mereka yg difabel/tak berdaya itu sesungguhnya ada di sekitar kita, mungkin mereka adalah saudara kita, anak atau orangtua kita, atau tetangga serta kenalan dan sahabat serta saudara atau sesama kita manusia.
Apakah mereka mengalami kasih, perhatian dan kepedulian Allah melalui diri kita ? Atau mereka merasa dihakimi dan dijauhi oleh kita?
Saudara, ingatlah sbgmn kita, mereka jg berharga di mata Tuhan, krn itu apa pun yg kita buat untuk mereka sesungguhnya kita melakukannya untuk Tuhan.
Amin !
HR, gkposciampea 2014.09.28
Yang seorang bisa melihatnya sbg gelas yg berisi air setengahnya, sedangkan yg lain melihatnya sbg gelas yg setengah kosong....
Ketika Yesus dan murid-muridnya lewat dan melihat seorang yg buta sejak lahirnya (ay.1), muncul sebuah percakapan yg memperlihatkan ada cara pandang yg berbeda antara Yesus dan murid2Nya dlm melihat suatu realita, yaitu orang yg buta sejak lahirnya.
Mari kita lihat cara pandang mereka:
* Cara pandang murid-murid (ay. 2.)
- Melihat orang yg buta itu, Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"(ay. 2)
Mengapa murid2 bertanya demikian?
- krn orang2 Yahudi biasa menilai kehidupan rohani seseorang dari apa yg kelihatan, yaitu keadaan fisik atau kehidupan jasmaninya:
- orang yg sehat, makmur, sejahtera, penuh dgn keberhasilan, maka mereka menilai bhw hal itu adalah krn kerohaniannya baik, hidup sbg org yg soleh dan soleha. Demikian sebaliknya.
- Orang yg sakit, cacad, bangkrut dan terpuruk, maka itu krn dosa dan kerohaniannya yg buruk.
- Misalnya spt yg dialami oleh Ayub. Ketika seluruh harta benda Ayub ludes, anak2nya meninggal dan ia sendiri sakit parah, maka teman2nya datang...
Untuk apa mereka datang....? Menemani dan menghibur? Ya, mu ngkin pada mulanya, tapi yg terutama adalah untuk "memberitahu" (menghakimi) bhw itu semua terjadi pada Ayub adalah krn dosa2 yg pasti telah Ayub lakukan scr tersembunyi. Jadi mereka bukan menghibur, malah menghakimi.
- Sampai Pada jaman Yesus orang2 yg sakit kusta dipandang sbg orang yg najis (berdosa.)
- Itulah sebabnya dgn pandangan umum yg ada di masyarakat, maka ketika murid2 melihat orng yg buta sejak lahirnya, maka mereka menyimmpulkan pasti krn dosa. Tapi dosa siapa? Orang itu sendiri atau orangtuanya? Itulah pertanyaan mereka.
Menilai orang yg buta sbg akibat dosa adalah seperti orang buta yg menilai seperti apa gajah itu. Ia berkata bhw gajah itu seperti tali krn ia memegang buntutnya. Memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar.
- Memang Alkitab mengemukakan bhw dosa berakibat pada penderitaan bahkan maut (Roma 3:23), tetapi Alkitab jg menyatakan bhw tidak semua penderitaan adalah akibat dosa; spt yg dialami Ayub, Nabi Yeremia, stefanus dirajam, Paulus sakit duri dlm daging, dll. Bahkan karena iman percaya kita bisa menderita, cacad, bahkan dibunuh, spt kasus Ambon, Isis dll.
Saudara, cara pandang murid2 thd orang buta sejak lahir kerap kali menjadi cara pandang kita dalam menilai seseorang.
Ketika kita berjumpa dgn saudara2 kita, dgn orang2 disekitar kita; mereka yg cacad fisik atau mental sejak lahir, atau krn kecelakaan, atau krn sakit, mereka yg sakit menahun akibat strok misalnya, bahkan para lansia yg jompo, mereka yg sudah tdk berdaya scr fisik (difabilitas) ... terbersit di hati kita bertanya: dosa apa yg telah mereka lakukan shg mereka demikian?
Bahkan thd orang yg gagal dan mengalami kebangkrutan hidup kita menilainya jg krn dosa.
- Perlu disadari, ketika kita mempunyai pandangan seperti ini, maka akan mempengaruhi sikap kita thd orang2 seperti itu. Shg Kita tdk bisa menunjukkan simpati, empati yg tulus kpd mereka akhirnya kita hanya pura2 saja menunjukkan perhatian kpd mereka.
- Boro2 mau melayani, menghibur dan berbuat sesuatu u mereka, malah kita menghakimi dan mensyukuri sarta menjauhi mereka.
Ada banyak orang Kristen dan pendeta yg berpandangan dan berlaku spt murid2, shg ketika mereka datang mengunjungi sesamanya yg sakit atau dlm kesusahan mereka bertanya dosa apa yg telah diperbuat... kedatangannya bukan membawa damai sejahtera tapi menghilangkan damai sejahtera.....(kecuali memang jelas2 orang itu telah melakukan dosa)
Lalu bagaimana Yesus memandang hal ini?
* Cara pandang Yesus thd orang buta sejak lahirnya (ay. 3)
Ternyata cara pandang Yesus berbeda 180 derajat dgn cara pandang murid2Nya.
Melihat orang yang buta sejak lahirnya, dan menjawab pertanyaan murid2, Yesus berkata, bahwa bukan karena dosa dia dan bukan juga dosa orang tuanya, ia dilahirkan buta, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Yesus tidak menghubungkan secara langsung antara penderitaan, kemalangan, sakit penyakit, dan penderitaan lainnya dgn dosa.
Bagi Yesus, urusan dosa itu bukan urusan kita, manusia, untuk menilainya dan menghakiminya karena hal itu adalah urusan Tuhan. Tapi urusan kita adalah menyatakan kasih dan kepedulian yang Tuhan inginkan untuk kita nyatakan kepada orang itu.
Ketika berjumpa dgn orang yang sakit, cacad, mengalami musibah, kecelakaan dan orang2 menderita lainnya bukan saatnya membahas dan berdiskusi secara teologis dan mencari tahu mengapa orang ini begini, atau orang itu begitu menderita, dosa apa dan dosa siapa? Dlsbg.
Bagi Yesus perjumpaan itu adalah kesemptan, kesempatan untuk apa? Bukan untuk menghakimi atau mencari2 tahu kesalahan orang, tetapi ......
- kesempatan untuk berefleksi mencari kehendak Allah: apa yg Allah ingin saya perbuat bagi orang itu? Dan...
- kesempatan untuk berbuat, melakukan sesuatu sesuai kehendak Allah.
Itulah sebabnya Yesus katakan: ...
Yohanes 9:3-4
3 ... "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.
Lalu Yesus menyembuhkan orang buta itu.....
Yesus melayani orang buta itu, Yesus berbuat untuk orang buta itu, Yesus menyembuhkan orang buta itu, sehingga orang buta itu...
Mengalami kasih Allah, mengalami kepedulian Allah, mengalami damai sejahtera Allah, mengalami kesembuhan Allah. Sehingga ia dapat melihat terangnya dunia ini, terutama Terang Dunia yg sesungguhnya di dlm Yesus(ay. 5).
Dan akhirnya orang buta itu melihat dan mengenal Allah di dlm Yesus; bahwa Yesus adalah seorang nabi (ay. 17), orang yg datang dari Allah (ay. 33), Yesus adalah Mesias (ay. 35-38).
Ternyata pelayanan kasih dan kepedulian yg dilakukan Yesus itu membuat orang itu mengenal dan mengalami Allah di dalam hidupnya. Dan apabila akhirnya orang itu memilih untuk percaya kpd Allah di dlm Yesus.
Cara pandang Yesus ini, ibarat apabila kita diperhadapkan dgn orang yg mengalami kecelakaan dan terluka parah. Kebetulan terjadinya di depan gereja. Kemudian Orang banyak berkerumun, seorang Pendeta bertanya siapa yg salah? Salah orang itu atau salah yg menabrak?
- Seorang jemaat bertanya: agamanya apa? Kristen atau bukan?
- Seorang penatua (majelis) bertanya: Protestan atau Katolik? Dst. ...
-Tapi seorang ibu yg ada di tempat itu, tdk bertanya satu katapun, ia stop angkot, lalu ia menganngkat anak muda itu ke dalam angkot dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Shg anak muda itu tertolong jiwanya.
Saudara, seperti itulah yg dilakukan Yesus terhadap orang yg buta sejak lahir dan tentu juga terhadap semua orang yg menderita dan membutuhkan perhatian dan pertolongan.
- sbg para pengikut Kristus, hal seperti itu jg lah yg seharusnya kita lakukan terhadap mereka yg tdk berdaya dan membutuhkan uluran tangan untuk dapat menopang hidupnya.
- Dalam hidup ini, mungkin kita sedang atau akan diperhadapkan dgn orang2 ygg tdk berdaya, mereka itu adalah anak2, orang2 yg cacad fisik atau mental, orang yg sakit menahun krn stroke atau penyakit lainnya, para lansia dan jompo dan lain2,
- bagaimana kita selama ini memandang mereka dalam sgl keberadaannya? Apakah kita memandangnya dgn cara pandang murid2 Yesus yg menghakimi...?
Atau kita melihatnya seperti cara pandang Yesus? Ketika diperhadapkan dgn orang-orang yg tdk berdaya / difabel kita melihatnya sbg kesempatan mencari "apa kehendak Tuhan u sy lakukan bg mereka" dan kesempatan "melakukan kehendak Tuhan bagi mereka".
Melayani dan memperhatikan mereka dgn tulus, menghibur dan menguatkan, serta mendampingi mereka dgn penuh kasih sayang.
Dgn begitu mereka mengalami kasih Tuhan, perhatian dan kehadiran Tuhan dlm kehidupan mereka, shg mereka bisa mengenal Tuhan bila belum percaya, dan bg yg sdh percaya iman mereka semakin diteguhkan.
Saudara, mereka yg difabel/tak berdaya itu sesungguhnya ada di sekitar kita, mungkin mereka adalah saudara kita, anak atau orangtua kita, atau tetangga serta kenalan dan sahabat serta saudara atau sesama kita manusia.
Apakah mereka mengalami kasih, perhatian dan kepedulian Allah melalui diri kita ? Atau mereka merasa dihakimi dan dijauhi oleh kita?
Saudara, ingatlah sbgmn kita, mereka jg berharga di mata Tuhan, krn itu apa pun yg kita buat untuk mereka sesungguhnya kita melakukannya untuk Tuhan.
Amin !
HR, gkposciampea 2014.09.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar